BAB I
Pengertian
dan Hakikat Pengelolaan Pembelajaran.
A. Pengertian
Pengelolaan Pembelajaran.
Pengelolaan itu berakar dari kata
“kelola” dan istilah lainnya yaitu “manajemen” yang artinya ketatalaksanaan,
tata pimpinan. Maka disimpulkan pengelolaan itu adalah pengadministrasian,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang artinya
ialah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari suatu informasi atau lebih. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran merupakan suatu penataan atau
pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Dengan kata
lain, pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses mengatur,
mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen
pembelajaran.
B.
Hakikat Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan pengajaran pada
hakikatnya adalah mengatur/ mengendalikan/ memanajemeni aktivitas pengajaran
berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan
tujuan pengajaraan sehingga tercapai lebih efektif, efisien, dan produktif yang
diawali dengan penentuan strategi, dan perencanaan, diakhiri dengan penilaian.
a. Konsep-konsep
pengajaran
Konsep
adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek. Dalam hal
ini konsep pengajaran yang memiliki pokok-pokok umum, dan dasar sistem
pengajaran. Adapun pokok-pokok umum sebagai berikut :
1)
Metodik Khusus.
yaitu suatu
cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran
agar siswa dapat mengetahui, memahami, dan menguasai bahan pelajaran.
2)
Didaktik, dan hubungan dengan Metodik.
Didaktik
sebagai dari pedagogik atau berarti ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip
kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga bahan pelajaran itu dimiliki oleh
peserta didik (yang dapat meningkatkan minat, motivasi, dan mengaktifkan siswa
atau tidak).
b. Prinsip-prinsip
Pengajaran.
pengajaran
merupakan perpaduan aktivitas mengajar dan belajar. Prinsip-prinsip pengajaran
sangat berkaitan dengan segala komponen pengajaran yang menyangkut bagaimana peranan guru dalam pengajaran,
apa, mengapa, dan bagaimana supaya peserta didik dapat
terlibat aktif dalam pengajaran. Adapun prinsip-prinsip pengajaran itu meliputi
: Prinsip aktivitas, Prinsip motivasi, Prinsip
individualistis, Prinsip
konsentrasi, Prinsip kebebasan, Pinsip
peragaan, Prinsip
kerja sama dan persaingan, Prinsip
apersepsi, Prinsip
korelasi (saling berkaitan), Prinsip
efisiensi dan efektivitas, Prinsip globalits (bahwa
keseluruhan adalah titik awal pengajaran), dan Permainan dan hiburan.
C.
Pendekatan Belajar-Mengajar.
Pendekatan pembelajaran adalah cara
yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa
beradaptasi dengan sisiwa. Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1.
Pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa, dimana pada pendekatan
jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2.
Pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada guru, dimana pada
pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.
Adapun jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran
secara terperinci, antara lain:
1.
Pendekatan
Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung
dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya
tersebut. Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani
perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan
pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa
secara optimal.
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok digunakan untuk membina dan
mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah
sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk
hidup bersama. Dengan pendekatan kelompok,
diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap
anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri
mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas.
3. Pendekatan Bervariasi
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa
permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam.
Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga
diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan
bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan
pengajaran.
4. Pendekatan Edukatif
Pendekatan edukatif adalah
pendekatan dengan menggunakan setiap
tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan
tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila,
norma sosial dan norma agama.
5. Pendekatan Keagamaan
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil
kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak
dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan
secara hayat siswa dikandung badan.
6. Pendekatan Kebermaknaan
Pendekatan
kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu
pada bahasa dan makna. Misalnya kegagalan penguasaan bahasa Inggris oleh siswa
salah satu sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain
faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi
guru itu sendiri. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut yaitu
pendekatan kebermaknaan.
BAB II
Metode Belajar Mengajar
A. Pengertian Metode Belajar Mengajar
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta berarti ‘melalui’ dan hodos
berarti ‘jalan’. Dengan
demikian metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang
dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai
sesuai dengan tujuan
Syarat-syarat
yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran
adalah sebagai berikut :
a. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat,
atau gairah belajar siswa.
b. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk
belajar lebih lanjut.
c. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa
untuk mewujudkan hasil karya.
d. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
e. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik
belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
f. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan
nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Macam-Macam Metode
Pembelajaran
1)
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi
melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa. agar siswa
efektif dalam proses belajar mengajar
yang menggunakan metode ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan keterampilan
berpikir untuk memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan,
memberikan tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis. Metode
ceramah bergantung kepada kualitas personalities guru, yakni suara, gaya
bahasa, sikap, prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, dan keteraturan guru
dalam memberi penjelasan yang tidak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap
guru. Metode ceramah memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a.
Kelebihan Metode Ceramah
1.
Dalam waktu relatif singkat
dapat disampaikan bahan sebanyak-banyaknya.
2.
Organisasi kelas lebih
sederhana, tidak perlu mengadakan
pengelompokkan murid-murid seperti pada metode yang lain.
3.
Guru dapat menguasai
seluruh kelas dengan mudah, walaupun
jumlah murid cukup besar.
4.
Apabila penceramah berhasil
baik, dapat menimbulkan semangat, kreasi yang konstruktif, yang merangsang
murid-murid untuk melaksanakan suatu tugas.
5.
Guru mudah menerangkan
pelajaran dengan baik.
b.
Kekurangan Metode Ceramah
1.
Menghambat bakat dan
inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan
diarahkan jauh dari pengertian.
2.
Menimbulkan penyesuaian
secara statis kepada lingkungan.
3.
Kadang-kadang latihan yang
dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah
membosankan.
4.
Membentuk kebiasaan yang
kaku, karena bersifat otomatis.
5.
Dapat menimbulkan
verbalisme.
2)
Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu
masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan
lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk merampungkan keputusan bersama. Dalam diskusi
tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali
dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan. Ada beberapa
kelebihan dan kekurangan metode diskusi, manakala diterapkan kegiatan belajar
mengajar yaitu:
a.
Kelebihan Metode Diskusi
1. Metode diskusi data merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya
dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
2. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.
3. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan
secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai
pendapat orang lain.
b.
Kelemahan Metode Diskusi
1.
Sering terjadi pembicaraan
dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan
berbicara.
2.
Kadang-kadang pembahasan
dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3.
Memerlukan waktu yang cukup
panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
4.
Dalam diskusi sering terjadi
perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya,
kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu
iklim pembelajaran.
3)
Metode Kelompok
Istilah kelompok dapat diartikan sebagai bekerjanya sejumlah
siswa, baik sebagai anggota kelas secara keseluruhan atau sudah terbagi menjadi
kelompok-kelompok yang lebih kecil, untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara
bersama-sama. Selain itu, kerja kelompok
juga ditandai dengan adanya tugas bersama, pembagian tugas dalam
kelompok, dan adanya kerja sama antara anggota kelompok dalam penyelesaian
tugas kelompok. metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar
mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang satu dengan
anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar
secara bersama-sama. Metode
kelompok mempunyai kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut :
a. Kelebihan Metode
Kelompok
1. Ditinjau dari segi pendidikan, kegiatan kelompok murid-murid akan
meningkatkan kualitas kepribadian, seperti: kerjasama, toleransi, kritis,
disiplin dan sebagainya.
2. Ditinjau dari segi ilmu jiwa akan timbul persaingan yang positif,
karena anak-anak lebih giat bekerja dalam kelompok masing-masing.
3. Ditinjau dari segi didaktik, bahwa anak-anak yang pandai dalam
kelompoknya dapat membantu teman-temannya yang kurang pandai, terutama dalam
rangka memenangkan “Kompetisi” antara kelompok.
b. Kekurangan Metode
Kelompok
1.
Metode kelompok memerlukan
persiapan-persiapan yang agak rumit apabila dibandingkan dengan metode yang
lain; misalnya metode ceramah.
2.
Apabila terjadi persaingan
yang negatif, hasil pekerjaan akan lebih memburuk.
3.
Bagi anak-anak yang malas
ada kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompok itu dan kemungkinan besar akan
mempengaruhi kelompok itu, sehingga usaha kelompok itu akan gagal.
4) Metode Demontrasi dan Eksperimen
Metode
demostrasi atau praktik adalah metode
mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang
berhubungan dengan proses yang bersifat praktis, misalnya : Bagaimana cara yang
benar dalam melaksanakan ibadah sholat, baik cara memulai, mengerjakan maupun
cara mengakhiri shalat serta apa saja yang disunnahkan dan membatalkannya.
5)
Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Metode
ini menampilkan simbol-simbol atau
peralatan yang menggantikan proses kejadian atau benda yang sebenarnya. Metode
ini adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan
penghayatan anak didik. Metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau
lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing
sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka.
6)
Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah metode pembelajaran
yang mengajak siswa untuk mengunjungi obyek-obyek dalam rangka untuk menambah
dan memperluas wawasan obyek yang dipelajari tersebut ( sesuai dengan
bidangnya). Misalnya untuk pelajaran pendidikan geografi siswa dapat
diajak ke obyek pemukiman transmigrasi atau obyek morfologi. Metode karyawisata
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a. Kelebihan metode
karyawisata
1. Karyawisata memiliki
prinsip pengajaran modern, yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2. Membuat apa
yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kanyatan dan kebutuhan
di masyarakat.
3. Pengajaran serupa ini
dapat lebih merangsang kreativitas siswa.
4. Informasi sebagai
bahan pelajaran lebih luasa dan aktual.
b. Kekurangan metode
karyawisata
1.
Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan
sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah.
2.
Saat memerlukan persiapan atau perencaaan yang matang.
3.
Memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang studi
lain agar terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata
4.
Dalam karya wisata sering unsur rekreasi menjadi lebih
prioritas daripada tujuan utama , sedang unsur studinya menjadi terabaikan.
5.
Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan
mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
7)
Metode Latihan
Metode latihan yang
disebut juga metode training,
merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan yang baik. Selain itu,
metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,
kesempatan, dan keterampilan. Metode Latihan memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a. Kelebihan metode
latihan
1. Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis
, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan
alat-alat (mesin permainan dan atletik), dan terampil menggunakan peralatan
olah raga.
2. Untuk memperoleh
kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol), dan sebagainya
3. Untuk memperoleh
kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan
huruf-huruf dalam ejaan,
penggunaan simbol, membaca peta dan sebagainya.
4. Pembentukan kebiasaan
yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.
5. Pemanfaatan
kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.
6. Pembentukan
kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih
otomatis.
b.
Kelemahan metode latihan
1. Menghambat bakat dan
inisiatif siswa,karena siswa lebih banyak dibawah kepada penyesuaian dan
diarahkan jauh dari pengertian.
2. Menimbulkan
penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3. Kadang-kadang latihan
yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah
membosankan.
4. Membentuk kebiasaan
yang kaku, karena bersifat otomatis dapat menimbulkan ferbalisme.
5. Siswa sulit
dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.
BAB III
Teknik-Teknik Belajar Mengajar
A.
Pengertian
Teknik-Teknik Belajar Mengajar
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan
suatu metode. Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberi batasan bahwa tehnik adalah “cara
(kepandaian) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan
seni (Moeliono,1990:915). Belajar
Mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif maksudnya
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Jadi Teknik
belajar mengajar merupakan cara seseorang guru dalam mendidik anak untuk
mencapai tujuan yang diingkan.
Kegunaan teknik-teknik belajar mengajar adalah
sebagai berikut :
1.
Menolong
siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, terutama berpikir ilmiah dan sikap dalm satu kesatuan.
2.
Membiasakan
pelajar berpikir sehat, rajin, sabar, dan
teliti dalam menuntut ilmu.
3.
Memudahkan
pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
B.
Macam-Macam
Teknik-Teknik Belajar Mengajar
1. Teknik
Diskusi
Teknik diskusi
adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru
disekolah. Di dalam diskusi proses interaksi antara dua atau lebih individu
yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah,
dapat juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
2. Teknik
Kerja Kelompok
Teknik ini ialah
salah satu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu
kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5
(lima) atau 7 (tujuh) siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah,
atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditentukan pula oleh guru. Penggunaan teknik kerja kelompok untuk
mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain
dalam mencapai tujuan bersama.
3. Penemuan
(Discovery)
Teknik penemuan
adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund Discovery adalah proses mental
dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. yang dimaksud
dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan
dan sebagainya.
4.
Teknik Simulasi
Simulasi adalah
tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan
tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang
itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih memegang peranan
sebagai orang lain. Simulasi mempunyai bermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah
peer-teaching, sociodrama, psikodrama, simulasi game dan role playing.
5. Unit
teaching
Unit teaching
sebagai teknik mengajar mempunyai pengertian yang khusus ialah teknik ini
memberi kesempatan siswa belajar secara aktif dan guru dapat mengenal dan
menguasai cara belajar secara unit. Jika tidak ada guru maka pengajaan dapat
diatasi dengan adanya pengajaran unit. Unit teaching disebut juga unit, atau pengajaran
proyek, atau disebut pula unit begitu saja.
Pengajaran unit ini ada
3 pase :
a. Pase
perencanaan/permulaan
b. Pase
pengerjaan unit
c. Pase
kulminasi
Teknik unit
teaching ini memiliki keunggulan karena murid dapat belajar secara keseluruhan
yang bulat, sehingga hasil pelajarannya menjadi lebih berarti baginya,
lebih luas mendalam dan bulat. Sedangkan
Kelemahannya ialah untuk merencanakan unit tidak mudah, memerlukan seorang ahli
yang betul-betul menguasai masalah, karena semua masalah belum tentu dapat
dijadikan unit.
6. Micro
Teaching
Mikro teaching
berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya dikecilkan atau
disederhanakan.
Adapun yang dikecilkan
atau di “micro” kan ialah:
a. Jumlah
murid 5 sampai 6 orang
b. Waktu
mengajar antara 5 sampai 10 menit
c. Bahan
pelajaran hanya mencakup satu atau dua unit kecil yang sederhana.
d. Keterampilan
mengajar difokuskan pada beberapa ketrampilan khusus saja.
Dapat kiranya
disimpulkan bahwa micro teaching adalah suatu latihan mengajar permulaan bagi
guru atau calon guru dengan scope
latihan dan audience yang lebih kecil dan dapat dilaksanakan dalam lingkungan
teman-teman, setingkat sendiri atau sekelompok murid-murid di bawah bimbingan
dosen pembimbing atan dibawah bimbingan Guru Pamong.
7.
Teknik Sumbang Saran (Brain-Storming)
Brain
storming adalah suatu teknik atau cara mengajar yang
dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, ialah dengan melontarkan suatu masalah
ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau
komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru,
atau dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari
sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat.
8.
Inquiry
Inquiry
adalah istilah dalam bahasa Inggris, ini merupakan suatu teknik atau cara yang
digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai
berikut : guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah ke kelas. Siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu
yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas
tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok
didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.
9.
Eksperimen
Karena kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan, maka segala sesuatu memerlukan eksperimen.
Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas digunakan teknik eksperimen. Yang
dimaksud adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu
percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi
oleh guru. Tujuan teknik ini adalah agar siswa mampu mencari dan menemukan
sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan
mengadakan percobaan sendiri.
10. Demonstrasi
Teknik lain yang
hampir sejenis dengan eksperimen ialah demonstrasi. Tetapi siswa tidak
melakukan percobaan hanya melihat saja apa yang dikerjakan guru. Jadi
demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur/atau tim guru
menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses. Adapun penggunaan teknik demonstrasi
mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun
sesuatu permasalahana belajar. Misalnya penggunaan kompor untuk mendidihkan
air.
11. Teknik
penyajian kerja lapangan
Yang dimaksud
dengan teknik penyajian kerja lapangan ialah cara mengajar dengan jalan
mengajak siswa ke suatu tempat diluar sekolah, yang bertujuan tidak hanya
sekedar mengadakan observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun
aktif/berpartisipasi ke lapangan kerja, agar siswa dapat menghayati sendiri serta
mengadakan penyelidikan serta bekerja di dalam pekerjaan yang ada di
masyarakat.
13). Teknik
pemberian tugas atau resitasi
Teknik
pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa
memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan
latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam
mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi atau keseluruhan. Hal itu terjadi
disebabkan siswa mendalami situasi atau pengalamn yang berbeda, waktu menghadapi
masalah-masalah baru.
BAB IV
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Mengajar
A.
Keberhasilan Belajar
Mengajar.
Untuk
menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap
guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk
menyamakan presepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat
ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa “ Suatu proses belajar mengajar
tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional
khusus (TIK)-nya dapat tercapai.
1. Indikator Keberhasilan.
Yang menjadi petunjuk
bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai
berikut:
a. Daya serap terhadap
bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individual maupun kelompok.
b. Prilaku yang digariskan
dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa,
baik secara individual maupun kelompok.
2. Penilaian Keberhasilan.
Untuk mengukur dan
mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes
prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar
dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut.
a.
Tes Formatif.
b. Tes Subsumatif.
c.
Tes sumatif.
B.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan belajar.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua
golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstrern. Faktor Intern adalah
faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
1.
Faktor-faktor
Intern
Didalam
membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu: faktor
jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
a. Faktor
Jasmaniah.
1) Faktor
Kesehatan
Sehat
berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari
penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seorang
berpengaruh terhadap belajarnya.
2) Cacat
Tubuh
Cacat
tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai
tubuh/badan.
b. Faktor
psikologis
Sekurang-kurangnya
ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi
belajar.
1)
Intelegensi.
2)
Perhatian.
3)
Minat.
4)
Bakat.
5)
Motif.
6)
Kematangan.
7)
Kesiapan
c. Faktor
Kelelahan.
Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi
kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang
lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan
adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan
pusing-pusing sehingga sulit berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya
untuk bekerja.
2.
Faktor
Ekstern
Faktor
ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi 3
faktor:
a)
Faktor Keluarga.
b)
Faktor Sekolah.
c)
Faktor masyarakat
C.
Faktor-
faktor yang mempengaruhi Keberhasilan mengajar.
Agar
mengajar dapat berhasil dengan baik ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan tersebut. Berbagai faktor yang dimaksud adalah tujuan, guru, anak
didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana
evaluasi.
1.
Faktor Tujuan.
Tujuan adalah pedoman
sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan
pembelajaran menggambarkan bentuk tingkahlaku, kemampuan/ kompetensi yang
diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses pembelajaran. Perumusan
tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru dan akan
secara langsung berpengaruh pada kegiatan belajar peserta didik. Guru dengan
sengaja akan menciptakan lingkungan belajar guna mencapai tujuan, jika kegiatan
belajar anak didik dan kegiatan pengajaran guru tidak searah maka tujuan
pembelajaran akan gagal.
Karena sebagai pedoman
sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam setiap kali belajar mengajar, maka
guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan pembelajaran. Akhirnya tujuan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.
1.
Guru
Guru adalah tenaga pendidik
yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Seorang
guru sangat menentukan keberhasilan dalam mengajar. Dengan keilmuan yang
dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. Dan
kepribadian seorang guru juga mempengaruhi. Jadi agar suatu pembelajaran dapat
berhasil seorang guru harus mempunyai kompetensi-kompetensi yang diperlukan
dalam mengajar.
2.
Anak
Didik.
Anak didik adalah orang
yang sengaja datang ke sekolah, orang tuanya yang memasukkannya untuk didik
agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Anak dalam jumlah
yang cukup besar itu tentu saja dari latar belakang kehidupan sosial keluarga
yang berlainan dan mempunyai karakter yang berbeda pula. Kepribadian mereka ada
yang pendiam, periang, suka bicara, kreatif, manja. Intelektual mereka juga
dengan tingkat kecerdasan yang bervariasi, keadaan biologi merekapun berbeda.
Karena itu, perbedaan anak pada sekolah biologis, intelektual dan psikologis
ini dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
3.
Kegiatan
Pengajaran.
Kegiatan pembelajaran
yang efektif tidak dapat muncul dengan sendirinya, tetapi guru harus dapat
menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara optimal. Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya
interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan pelajaran sebagai
perantaranyaGaya mengajar guru mempengaruhi gaya belajar anak didik. Ada 3 aspek yang dapat dilihat dari kegiatan
pengajaran untuk keberhasilan belajar mengajar yaitu:
a. Gaya mengajar guru
, ada empat macam gaya
mengajar yaitu:
1) Gaya mengajar klasik
2) Gaya mengajar teknologis
3) Gaya mengajar
personalisasi
4) Gaya mengajar
interaksional
b. Pendekatan guru
1) Pendekatan individual
Guru berusaha memahami anak didik dengan segala
persamaan dan perbedaannya
2)
Pendekatan kelompok
Berusaha memahami anak didik sebagai mahluk
sosial. Perpaduan kedua pendekatan ini akan menghasilkan hasil belajar mengajar
yang lebih baik.
c.
Strategi penggunaan
metode.
Penggunaan
strategi belajar dapat digunakan lebih dari satu metode pengajaran
misalnya penggunaan metode ceramah dengan metode tanya jawab.
4.
Bahan
dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah
suatu bahan yang terdapat didalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak
didik guna kepentingan ulangan atau evaluasi. Biasanya bahan dikemas dalam
bentuk buku paket, untuk dikonsumsi anak didik. Alat evaluasi yang digunakan
biasanya dalam bentuk tes dan non tes. Non tes bisa dalam bentuk pengamatan
proses pembelajaran, sedangkan tes hasil belajar menurut Asmawi Zainul “ Tes
hasil belajar adalah alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengetahui
keberhasilan seseorang dalam proses belajar mengajar atau pendidikan” .
Tes yang digunakan tidak hanya dalam bentuk soal benar-salah atau true-fall dan
pilihan ganda, tetapi juga menjodohkan, melengkapi dan essay. Masing-masing
alat evaluasi memiliki kelebihan dan kekurangan.
5.
Suasana
Evaluasi
Faktor suasana evaluasi
merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Hal yang
perlu diperhatikan dalam suasana evaluasi adalah:
a.
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas.
b.
Semua murid dibagi menurut tingkatan masing-masing.
c.
Besar sedikitnya
anak didik dalam kelas.
d.
Berlaku
jujur, baik guru maupun anak didik selama evaluasi tersebut.
e.
Sikap
pengawas yang berlebihan.
BAB V
Media
Pembelajaran
A. Pengertian
Media Pembelajaran
Kata media
berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara
atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara (وسائل) pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima pesan. Secara lebih khusus, pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan alat-alat garafis,
photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
Akhirnya
dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan
sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.
B. Media
Sebagai Alat Bantu
Media
sebagai alat bantu dalam belajar mengajar adalah suatau kenyataan yang tidak
dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu
tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan
oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan
pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama
bahan pelajaran yang rumit atau kompleks.
Anak didk
cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat mereka hindari, disebabkan
penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu
sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik adalah berpangkal dari
penjelasan yang diberikan guur bersimpang siur, tidak ada focus masalahnya.
Jika guur tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan
baik, apa salahnya jika mneghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna
mencapai tujuan yang telah itetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
C. Media
Sebagai Sumber Belajar serta Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
1.
Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar merupakan suatu
proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik.
Nilai-nilai tersebut diambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang
sesungguhnya dapat kita jumpai di mana pun, seperti di sekolah, di halaman, di
pusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Udin Saripuddin dan Winaputra
mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia,
buku/ perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Maka
dari itu sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar
seseorang.
2. Fungsi dan
Manfaat Media
Hamalik
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh pskologis
terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajika data
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan
informasi.
Levie dan
Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual
yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.
D. Macam-macam
Media
Media yang telah dikenal dewasa ini
tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu.
Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnay, dan dari bahan serta
cra pembuatannya.
1.
Dilihat dari jenisnya, media dibagi kedalam :
a.
Media audiitf
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cock untuk
orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b.
Media visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media
visual ini ada yang menampilan gambar diam seperti film strip (film rangkai),
slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula yang
menampilkan gamabar atau symbol yang bergerak seperti film bisu.
c.
Media audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsure suar dan unsure
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:
1)
Audiovisual diam
2)
Audiovisual gerak
2.
Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:
a. Media dengan
daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat
menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh: radio
dan televise
b. Media dengan
daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruuang dan tempat yang khusus
seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang
tertutup dan gelap.
c. Media untuk
pengajaran individual
Media ini penggunaanya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah
modul berprogram dan pengajaran melalui computer.
3.
Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam:
a.
Media sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara
pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b.
Media komplek
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya
sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaanya
memerlukan keterampilan yang memadai.
E. Prinsip-prinsip
Pemilihan dan Penggunaan Media
Drs. Sudirman N. Mengemukakan
beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya kedalam tiga
kategori, sebagai berikut:
1. Tujuan
Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan
maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan media itu untuk
pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, atau sekedar hiburan saja.
Apakah untuk sasaran SD, SMP, SMU, tuna rungu, masyarakat kota ataukah
pedesaan.
2. Karakteristik
Media Pengajaran
Memahami karakteristik berbagai media pengajaran
merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam kaitannya dengan
keterampilan pemilihan media pengajaran. Selain itu juga memberikan
kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran
secara bervariasi. Dan jika seorang guru kurang memahami karakteristik
tersebut, maka guru akan dihadapkan pada kesulitan dan cenderung bersikap
spekulatif.
3. Alternatif
Pilihan
Guru bisa menentukan pilihan media
mana yang akan digunakan apabila terdapat bebrapa media yang dapat
diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka
guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan media apa adanya.
Sedangkan prinsip-prinsip yang digunakan untuk menggunakan media agar dapat
mencapai hasil yang baik menurut Dr. Nana Sudjana, yaitu:
1.
Menentukan jenis media dengan tepat. Maksudnya yaitu,
sebaiknya seorang guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan
tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.
2.
Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat.
Maksudnya yaitu, perlu diperhatikan apakah penggunaan media itu sesuai dengan
tingkat kematangan / kemampuan anak didik.
3.
Menyajikan media dengan tepat. Maksudnya yaitu, teknik
dan metode penggunaan media dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan
tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana yang ada.
4.
Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu,
tempat dan situasi yang tepat. Maksudnya yaitu, kapan dan dalam situasi mana
pada waktu mengajar media digunakan. Karena tidak setiap saat memperlihatkan
atau menjelaskan sesuatu dengan media pengajaran.
F. Dasar
Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media
Agar media
pengajaran yang dipilih itu tepat, di samping memenuhi prinsip-prinsip
pemilihan, juga terdapat beberapa factor dan kriteria yang perlu diperhatikan
sebagaimana diuraiikan berikut ini.
1. Factor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam memilih media pengajaran
a.
Obyekktifitas
b.
Program pengajaran
c.
Sasaran program
d.
Situasi dan kondisi
e.
Kualitas teknik
f.
Keefektifan dan efisiensi penggunaan
2. Kriteria
pemilihan media pengajaran
Menurut nana sudjana dan ahmad rivai, dalam
memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.
Ketepatannya dengantujuan pengajaran
b.
Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
c.
Kemudahan memperoleh media
d.
Keterampilan guru dalam menggunakannya
e.
Tersedia waktu untuk menggunakannya
f.
Sesuai dengan taraf berpikikir siswa.
G. Pengembangan
dan Pemanfaatan Media Sumber Belajar
Kegagalan
seorang guru dalam mengembangkan media pengajaran akan terjadi jika penguasaan
terhadap karakteristik media itu sendiri sangat kurang. Apabila penggunaan
media pengajaran ditujukan dengan maksud untuk mengulur-ulur waktu atau hanya
untuk memperknalkan kekeyaan sekolah, maka tujuan tersebut tidak ada sangkut
pautnya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Maka dari itu, pemanfaatan media
hanya diharuskan dengan maksud untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai alat
bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa fungsi. Nana
Sudjana merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori, yaitu:
1. Penggunaan
media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi
mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar
mengajar yang efektif.
2. Penggunaan
media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi
mengajar. Ini berarti media merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan
oleh guru.
3. Media
pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dai isi
palajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan (pemanfaatan)
media harus melihat pada bahan pelajaran.
4. Penggunaan
media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan
hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
5. Penggunaan
media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar
mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
6. Penggunaan
media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
BAB VI
Teknik-teknik
Mendapatkan Uman Balik
A. Memancing Apersepsi Peserta Didik
Peserta didik adalah orang yang
memiliki kepribadian dengan ciri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan
pertumbuhannya. Perkembangan dan pertumbahan itu sendiri dipengaruhi oleh
lingkungan kehidupan social masyarakatnya, sehingga sikap, perilaku dan
pandangan hidup peserta didik dipengaruhi oleh perkembangan yang membentuknya.
Latar belakang kehidupan social
peserta didik penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan mengetahui dari
mana peserta didik berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa peserta
didiknya. Pengalaman apa yang dipunyai oleh peserta didik adalah hal yang
sangat membantu untuk memancing perhatian peserta didik.
Pengalaman peserta didik mengenai
bahan pelajaran yang telah diberikan merupakan bahan apersepsi yang dipunyai
oleh anak. Pengalaman atau pengetahuan peserta didik tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memancing perhatian peserta didik terhadap bahan pelajaran
yang akan diberikan, sehingga peserta didik terpancing untuk memperhatikan
penjelasan guru. Dengan demikian, uasaha guru untuk menghubungkan pengetahuan yang
telah dimiliki peserta didik dengan pengetahuan yang masih relevan yang akan
diberikan, merupakan teknik mendapatkan umpan balik dari peserta didik dalam
pengajaran.
B.
Memenfaatkan Teknik Alat Bantu Yang Akseptabel
Guru yang menyadari kelemahan
dirinya untuk menjelaskan isi dari bahan pelajaran yang disampaikan sebaiknya
memanfaatkan alat bantu untuk membantu memperjelas isi dari pembelajaran. Dalam dunia pembelajaran, alat bantu yang dimaksud
biasanya disebut media. Adapun
penggunaan alat bantu atau media adalah untuk memperjelas bahan pelajaran. Dan
tujuan lain yang tak kalah penting didalam penggunaan alat bantu adalah:
1.
Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh kehadapan
peserta didik.
2.
Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung
dengan cepat atau amat lambat menjadi lebih sistematis dan sederhana.
3.
Menampung sejumlah besar peserata didik untuk
mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama.
4.
Meningkat daya tarik pelajaran dan perhatian peserta
didik.
5.
Meningkatkan sistematika pengajaran
Adapun manfaat dari penggunaan alat
bantu/media dalam pembelajaran adalah:
1.
Untuk memperlancar interaksi antara pendidik dengan
peserta didik
2.
Proses pembelajaran menjadi lebih baik
3.
Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
4.
Jumlah waktu mengajar dapat dikurangi
5.
Meningkatkan kualitas belajar siswa
6.
Proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan
kapan saja
7.
Menimbilkan sikap positif siswa terhadap proses
pembelajaran.
Alat bantu yang akseptabel dapat dimanfaatkan sebagai
teknik yang jitu untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap bahan
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Umpan balik pun terjadi seiring dengan
proses belajar peserta didik yang berkelanjutan.
C. Memilih
Bentuk Motivasi Yang Baru
Agar peserta didik senang dan
bergairah dalam belajar,
guru harus berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan cara
memanfaatkan semua potensi kelas yang ada. Motivasi merupakan faktor yang
mempunyai arti penting bagi peserta didik. Ada beberapa
bentuk motivasi yang dapat guru gunakan untuk memotivasi peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan,yaitu:
a.
Memberi angka,
angka dimaksud sebagai symbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar peserta
didik.
b.
Hadiah, sesuatu yang diberikan
kepada peserta didik yang berprestasi.
c.
Pujian, alat motivasi yang positif.
d.
Gerakan tubuh, bentuk mimik yang cerah, senyum,
mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, member salam, menaikkan bahu,
menggelengkan kepala, menaikkan tangan dan lain-lain.
Peserta didik akan aktif dalam kegiatan belajarnya
apabila ada motivasi, baik itu motivasi ekstrinsik maupun instrinsik. Ada
beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri
peserta didik. Antara lain:
a.
Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan
pertisipasi positif.
b.
Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan
pembelajaran.
c.
Tersedia tersedia fasilitas, sumber belajar, dan
lingkungan yang mendukung.
d.
Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau
perlakuan oleh guru di dalam proses pembelajaran.
D. Menggunakan
Metode Yang Bervariasi
Metode merupakan hal yang lebih
penting dari materi yang akan diajarkan. Metode adalah
cara yang paling cepat dan tepat, kata “cepat dan tepat” didini sering
diungkapkan dengan ungkapan efektif dan efisien. Metode yang digunakan itu
tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menggunakan
metode yang bervariasi dapat menjembatani gaya-gaya belajar peserta didik dalam
menyerap bahan pelajaran. Umpan balik dari peserta didik akan bangkit sejalan
dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan psikologis peserta didik.
Macam-macam metode dalam
pembelajaran antara lain:
1. Metode
ceramah.
2. Metode
diskusi.
3. Metode Tanya
jawab.
4. Metode kerja
kelompok.
5. Metode
sosio-drama
6. Metode
sistim regu, Dll.
Dengan
menggunakan metode diatas, maka guru akan mendapatkan umpan balik peserta
didik.
BAB VII
Pengembangan Variasi
Mengajar
Variasi
gaya mengajar adaalah perubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam
konteks belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa,
sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme,
keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas.
A.
Tujuan
Variasi Mengajar
Penggunaan
variasi mengajar
ditujukan terhadap siswa, agar
siswa bergairah dalam belajar. Adapun tujuan mengadakan
variasi dimaksud adalah:
1. Meningkatkan
dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar.
2. Memberikan
kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.
3. Membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah.
B.
Prinsip-prinsip
Penggunaan Variasi Mengajar
Dalam
proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu
agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif tentu
saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu
adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam
mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Variasi
hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan
yang hendak dicapai. Dalam memggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis
variasi digunakan.
2. Variasi
harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan merusak
perhatian siswa dan tidak mengganggu proses belajar mengajar. Variasi juga
harus direncanakan secara baik dan eksplisit serta dicantumkan dalam rencana
pelajaran.
C.
Komponen-komponen
Variasi Mengajar
Variasi gaya mengajar
guru ini meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1.
Variasi suara
Variasi suara adalah perubahan suara
dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat.
Suara guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik
dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan. Variasi suara bisa mempengaruhi
informasi yang sangat biasa sekalipun, gunakanlah bisikan atau tekanan suara
untuk hal-hal penting, gunakan kalimat pendek yang cepat untuk menimbulkan
semangat.
2.
Pemusatan perhatian
Untuk
memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting itu atau aspek kunci,
guru dapat menggunakan atau memberikan peringatan dengan bentuk kata-kata.
Misalnya: “Perhatikan baik-baik”, “Jangan lupa ini dicatat dengan
sungguh-sungguh” dan sebagainya. Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah
tidak mudah apalagi dalam jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap
ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni:
a. Perhatian
seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru. Seorang guru dapat menarik perhatian
tentang kata-kata penting tentang suatu bacaan dengan memberi warna merah atau
digaris bawahi.
b. Perhatian
seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit.
c. Orang
mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang
sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut ada dua cara
yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya.
3.
Kesenyapan atau kebisuan guru (teching silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam
secara tiba-tiba dari pihak guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu. Dengan
keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian
siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru
memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk
berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali
informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan
guru dengan baik dan tepat.
4.
Kontak pandang
Ketika proses belajar mengajar
berlangsung, guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya
keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak didik
atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya
kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya
merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling
perhatian diantara mereka.Hal-hal yang harus dihindari guru selama
presentasinya di depan kelas:
a. Melihat
keluar ruangan
b. Melihat
kearah langit-langit
c. Melihat
kearah lantai
d. Melihat
hanya pada siswa tertentu atau kelompok siswa saja
e. Melihat
dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil menunjuk sesuatu
5.
Perpindahan posisi guru
Perpindahan posisi guru dalam ruang
kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat pula
meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa
perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara berlebihan. Perpindahan posisi
dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara anak didik dari belakang
ke samping anak didik dan sebagainya.
Guru
melakukan pergantian posisi sebaiknya jangan kaku, lakukan saja secara bebas
dan wajar bisa menarik perhatian siswa.
6.
Model-model belajar
Dalam melaksanakan variasi gaya
mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan memahami gaya atau model-model
belajar siswanya. Adapun model-model belajar siswa ada tiga macam yaitu:
a.
Visual
Belajar
visual yang
efektif adalah dengan menggunakan gambaran keseluruhan (melakukan tinjauan
umum), yakni dengan membaca bahan pelajaran secara sekilas. Ciri-ciri pelajar
visual:
1)
Teratur, memperhatikan segala sesuatu
2)
Mengingat dengan gambar, grafik dan
warna untuk meningkatkan memorinya
b.
Auditorial
Belajar
auditorial yang efektif adalah dengan mendengar. Untuk itu guru disaat
menerangkan dituntut untuk menggunakan variasi, pemusatan, perhatian dan
kesenyapan memudahkan dan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar. Ciri-ciri
siswa auditorial adalah:
1)
Perhatiannya mudah terpecah
2)
Berbicara dengan pola berirama
3)
Belajar dengan cara mendengar
4)
Berdialog secara internal dan eksternal
c.
Kinestetik
Bagi pelajar kinestetik, belajar yang
efektif adalah dengan melibatkan diri langsung dengan aktifitasnya, jadi mereka
cenderung pada eksperimen (gerak). Ciri-ciri siswa kinestetik adalah:
1)
Belajar dengan melakukan, menunjuk
tulisan saat membaca
2)
Mengingat sambil melihat langsung
BAB VIII
Pengelolaan Kelas
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan asal katanya adalah ”kelola”, istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Sedangkan
kelas adalah lingkungan atau ruangan yang digunakan unuk proses belajar mengajar. Jadi
pengelolaan kelas adalah
kegiatan
yang terencana yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi yang optimal, membangun iklim sosio-emosional yang
positif serta menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik. Sehingga
diharapkan proses belajar dan mengajar dapat berjalan secara efektif dan
efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah
terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah
penyedian fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan
sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Pengelolaan kelas dapat pula
ditinjau dari segi interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu
mengatur segala kondisi apapun yang terjadi didalam kelas saat pembelajaran
berlangsung agar terciptanya komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan
murid, murid dengan guru sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung
dengan baik. Adapun tujuan pengelolaan kelas
adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan
belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.
Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat
menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3.
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta
perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan
lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4.
Membina dan membimbing
sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat
individunya.
C. Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Lahirnya interaksi yang optimal tergantung dari
pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai
pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1.
Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
2. Pendekatan
Ancaman
Dari pendekatan ancaman adalah sebagai suatu proses untuk mengontrol
tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik
dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang.
3. Pendekatan
Kebebasan
Pendekan kebebasan dimaksudkan
peran guru dalam suatu proses, untuk
membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan
dimana saja dan
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4. Pendekatan
Resep
Pendekatan resep (cook book) ini
dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus
dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau
situasi yang terjadi di kelas. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti
yang tertulis dalam resep.
5. Pendekatan
Pengajaran
Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah
dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah
merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6. Pendekatan
Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan
psikologi behavioral. Pendekatan
tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian
atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang
baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan
menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan
dihindari.
7. Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional
akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik
berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan
siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci
pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan
iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas.
8. Pendekatan
Kerja Kelompok
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja
sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan
guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi
kelompok yang produktif, selain itu guru
harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik.
9. Pendekatan
Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik yaitu suatu
pendekatan yang dilakukan guru dengan menggunakan berbagai pendekatan atau
memadukan suatu pendekatan dengan pendekatan yang lain. Guru memilih dan
menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan
selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas.
D. Prinsip – Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip
pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru untuk
mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut:
1.
Hangat dan
antusias
Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias
pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan
pengelolaan kelas.
2.
Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang
akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.
Bervariasi
Penggunaan alat atau media atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola
interaksi antara guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian
dalam penggunaan apa yang di sebut diatas merupakan kunci untuk tercapainya
pengelolaan kelas yang efektif.
4.
Keluwesan
Keluwesan
tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah
kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar
mengajar yang efektif.
5.
Penekanan
pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada
hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada
hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang
dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6.
Penanaman
disiplin diri
Guru
sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri
dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan
pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila
ingin anak didiknya ikut disiplin atau berdisiplin dalam segala hal.
E.
Komponen-
Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Keterampilan
mengelola kelas memiliki komponen-komponen, sebagai berikut.
1. Menciptakan dan memelihara iklim
pembelajaran yang optimal
Menciptakan dan
memelihara iklim pembelajaran yang optimal berkaitan dengan kemampuan guru
dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran. Berikut hal-hal yang
dapat dilakukan untuk mencapainya.
a) Menunjukkan
sikap tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidak acuhan, dan ketidak terlibatan
peserta didik terhadap tugas-tugas di kelas. Tanggapan yang dilakukan guru
dapat berupa:
1) Gerak
mendekati
Gerak guru mendekati
yang dilakukan hendaknya secara wajar, dalam posisi mendekati kelompok
kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat, dan perhatian guru yang
diberikan terhadap tugas serta aktivitas siswa.
2)
Memandang secara saksama
Memandang
secara saksama dapat mengundang dan melibatkan siswa dalam kontak pandang serta
interaksi antar pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru untuk
bercakap-cakap, bekerja sama, dan menunjukkan rasa persahabatan.
3) Memberi
reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan siswa
Bila
terdapat siswa yang menimbulkan gangguan dalam kelas, guru dapat memberikan
teguran.
4) Memberikan
pernyataan
Tanggapan
dan komentar sebagai pernyataan guru terhadap apa yang dikemukakan
peserta didik sangat penting guna lebih meyakinkan peserta didik akan
pendapatnya tersebut. Akan tetapi, pernyataan guru haruslah dibatasi untuk
menghindari adanya kesan dominasi guru.
b)
Memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan agar kegiatan
peserta didik dalam belajar dapat dipertahankan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara berikut.
1)
Menuntut tanggung jawab siswa.
Hal
ini berhubungan dengan cara guru memegang teguh kewajiban dan tanggung jawab
yang dilakukan oleh peserta didik serta keterlibatan peserta didik dalam
tugas-tugas. Misalnya dengan meminta kepada peserta didik untuk memeragakan,
melaporkan hasil, dan memberikan respons.
2)
Menyiagakan siswa
Maksudnya
ialah memusatkan perhatian siswa kepada suatu hal sebelum guru menyampaikan
materi pokok dengan tujuan untuk menghindari penyimpangan perhatian siswa.
c)
Memberi perhatian kepada beberapa kegiatan yang langsung dalam waktu yang sama
akan menciptakan pengelolaan kelas yang efektif. Memberi perhatian dapat dilakukan
secara visual dan verbal.
d)
Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan singkat sehingga tidak terjadi
kebingungan pada peserta didik.
f)
Memberi penguatan-penguatan, baik terhadap peserta didik yang mengganggu maupun
yang bersikap wajar.
e)
Memberikan teguran kepada peserta didik bila ia melakukan sesuatu yang
mengganggu kelas.
2.
Keterampilan yang berhubungan dengan
pengendalian kondisi belajar yang optimal
Kondisi belajar yang optimal harus tetap dipertahankan. Untuk
itu guru harus dapat mencegah hal-hal yang mengganggu jalannya proses
pembelajaran. Selain itu guru harus memiliki kemampuan mengembalikan
kondisi-kondisi yang mengganggu pembelajaran kepada kondisi yang seharusnya.
Apabila guru harus mengadakan perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang secara
terus menerus menimbulkan gangguan terhadap proses pembelajaran, guru dapat
melakukannya dengan cara-cara berikut:
a)
Modifikasi perilaku
Guru
sebaiknya mengadakan analisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau
kesulitan sebelum memodifikasi tingkah laku tersebut. Modifikasi tingkah laku
dapat dilakukan dengan cara:
1) Meningkatkan
perilaku yang baik dengan pemberian penguatan secara sistematis;
2) Mengajarkan
perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan;
3) Mengurangi
perilaku buruk dengan pemberian hukuman.
b) Guru
dapat mengadakan pengelolaan kelompok dengan cara:
1) Mengusahakan
terjadinya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas;
2) Memelihara
kegiatan-kegiatan kelompok dengan menangani konflik yang timbul
c)
Menemukan dan mengatasi tingkah laku
yang menimbulkan masalah.
Guru
dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku salah yang
muncul dan mengetahui sebab-sebabnya serta berusaha untuk menemukan
pemecahannya, yaitu dengan:
1) Menghilangkan
ketegangan dengan humor mengabaikan yang direncanakan;
2) Mengadakan
campur tangan dengan isyarat;
3) Mengakui
perasaan negatif peserta didik
4) Mengekang
secara praktik
5) Menjauhkan
benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi;
6) Mendorong
peserta didik untuk mengungkapkan perasaanya;
7) Menyusun
kembali program belajar.
Agar dapat mengelola kelas dengan efektif, perlu dihindari
hal-hal yang akan menimbulkan gangguan proses pembelajaran, yaitu sebagai
berikut.
1)
Campur tangan guru yang berlebihan
Ketika
kegiatan pembelajaran berlangsung hendaknya guru tidak melakukan kegiatan atau
mengatakan sesuatu yang akan mengganggu peserta didik.
2)
Kesenyapan
Kesenyapan
yang terjadi dalam bentuk diam yang terlalu lama, kehilangan akal, atau
melupakan langkah-langkah dalam pelajaran akan mengakibatkan pikiran peserta
didik mengawang-awang, melantur, dan mengganggu keefektifan serta kelancaran
pelajaran.
3)
Penyimpangan
Akibat
guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahan tertentu memungkinkan
terjadinya penyimpangan.
4)
Bertele-tele
Pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal
tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran yang
sederhana menjadi ocehan atau kupasan yang panjang akan membuat peserta didik
tidak fokus pada permasalahan yang dibicarakan guru.
BAB IX
Pengelolaan
Kelas
A. Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas
Gagalnya seorang guru mencapai
tujuan pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator
kegagalan itu adalah prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuia dengan standar
atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu pengelolaan kelas merupakan
kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka
keberhasilan proses belajar-mengajar.
Keanekaragaman masalah perilaku
siswa yang menimbulkan beberapa masalah pengelolaan kelas menurut Made Pidarta
adalah :
1. Kurang kesatuan dengan adanya
kelompok-kelompok dan pertentangan jenis kelamin.
2. Tidak ada standar perilaku dalam
bekerja kelompok.
3. Reaksi negative terhadap anggota
kelompok.
4. Reaksi mentoleransi
kekeliruan-kekeliruan.
5. Mudah mereaksi perilaku negative /
terganggu.
6. Moral rendah, permusuhan, dan
agresif.
7. Tidak mampu menyesuaikan dengan
lingkungan yang berubah.
1.
Jenis
masalah dalam Pengelolaan Kelas
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat individu dan yang bersifat kelompok.
a.
Masalah yang bersifat
Individual.
Penggolongan
masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku
manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Jika seorang individu gagal mengembangkan
rasa memiliki dan rasa dirinya berharga, maka dia akan bertingkah laku
menyimpang. Diantaranya sebagai berikut:
1) Attention
getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian)..
2) Power
seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
3) Revenge
seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
4) Helplessness
(peragaan
ketidakmampuan).
b.
Masalah bersifat kelompok.
Dikenal
adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
- Kekurang-kompakan. Contoh Para siswa tidak saling bantu membantu.
- Kekurang mampuan mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang, dan lain-lain.
- Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
- Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang. Contoh yang amat umum ialah perbuatan memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang guru.
- Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
- Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja.
- Ketidak mampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Contoh yang paling sering terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
2. Cara
menghadapi masalah pengelolaan
Dalam menghadapi
masalah-masalah pengelolaan kelas ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan
oleh guru. Seorang guru
harus kreativ delam menggunakan beberapa pendekatan dan harus tau juga bentuk
masalah yang timbul, apakah masalah individu atau kelompok. Guru dapat
menggunakan pendekatan pengubah tingkah laku dan sebagainya.
B.
Penataan Ruang Kelas dan Pengaturan
Siswa
Lingkungan
kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang
aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut
Loisell yaitu:
1. Visibility
( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan
barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa
secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung.
Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
2. Accesibility
(mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk
meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran.
Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa
sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang
sedang bekerja.
3. Fleksibilitas
(Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas
hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses
pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
4. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan
temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan
dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi
kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berpengaruh
positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan.
1. Tempat
Duduk Siswa
Pengaturan bangku dapat dilakukan secara fleksibel dengan
memosisikan sedemikian rupa, sesuai dengan kebutuhan pengajaran yang efektif
dan efisien. Hal ini dilakukan agar semua siswa mampu menangkap pelajran yang
diberikan dengan merata, seksama, menarik, tidak monoton, dan mempunyai sudut
pandang bervariasi terhadap pelajaran yang tengah dikuti. Contoh formasi bentuk
bangku sebagai berikut:
1. Formasi Tradisionala (Konvensional)
Formasi konvenssional
adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang
memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi.
2. Formasi Auditorium
Jika
tempat duduk sebuah kelas dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, maka guru
dapat membuat bentuk pembelajran ala auditorium untuk membentuk hubungan yang
lebih erat, sehingga memudahkan siswa melihat guru.
3. Formasi Cevron
Bentuk
cevron mungkin bisa sangat membantu dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa
maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan
yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di
kelas.
4. Formasi Kelas bentuk Huruf U
Formasi
kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu mengaktifkan para siswa, sehingga
mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran.
5. Formasi Meja Pertemuan
Formasi
ini dapat digunakan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok,
dimana setiap kelompok tersebut mempunyai meja pertemuannya sendiri-sendiri
6. Formasi Konferensi
Formasi
konferensi sangat bagus digunakan dalam metode debat saat membahas suatu
permasalahan yang dilontarkan oleh pendidik, kemudian membiarkan para siswa
secara bebas mengemukakan berbagai pendapat mereka.
7. Formasi Pengelompokan Terpisah (Breakout
Groupings)
Jika
ruangan kelas memungkinkan atau cukup besar, guru dapat meletakkan meja-meja
dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar yang dipecah
menjadi beberapa tim.
8. Formasi Tempat Kerja
Formasi
tempat kerja tepat jika dilakukan dalam lingkungan tipe laboratorium, di mana
setiap siswa duduk pada satu tempat untuk mengerjakan tugas, tepat setelah
didemonstrasikan.
9. Formasi Kelompok untuk Kelompok
Formasi
kelompok untuk kelompok adalah formasi di mana terdapat beberapa kelompok yang
duduk dalam satu meja persegi berukuran besar (bisa juga dengan membuat
beberapa meja dijadikan satu menjadi meja besar), sehingga setiap kelompok
duduk saling berhadapan. Susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi
atau menyusun permainan peran, berdebat atau observasi pada aktivitas kelompok.
10. Formasi Lingkaran
Formasi
lingkaran adalah formasi yang disusun melingkar tanpa menggunakan meja dan
kursi. Formasi ini digunakan untuk melakukan pembelajaran dalam satu kelompok,
dimana guru memiliki peran untuk membimbing dan mengarahkan jalannya
pembelajaran tersebut.
11. Formasi Peripheral
Jika guru
menginginkan siswa memiliki tempat untuk menulis, hendaknya digunakan susunan
peripheral, yakni meja ditempatkan di belakang siswa. Guru dapat menyuruh siswa
memutar kursi-kursinya secara melingkar ketika guru mengingkan diskusi
kelompok.
2. Pengaturan Alat-Alat Pengajaran
dalam kelas adalah:
Alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur sebagai
berikut:
a.
Perpustakaan
kelas
1) Sekolah yang maju mempunyai perpustakaannya
di setiap kelas.
2) Pengaturanya bersama-sama siswa.
b. Alat – alat peraga media pengajaran
1) Alat peraga atau media pengajaran
semestinya diletakkan di dalam kelas agar memudahkan dalam penggunaanya.
2) Pengaturannya bersama-sama siswa.
c. Papan tulis, kapur tulis, dll
1) Ukurannya disesuaikan
2) Warnanya harus kontras
3) Penempatannya memperhatikan etestika
dan terjangkau oleh semua siswa
d. Papan resensi siswa
1) Ditempatkan di bagian depan sehingga
dapat dilihat oleh semua siswa
2) Difungsikan sebagaimana mestinya
3. Penataan keindahan dan kebersihan
kelas
a.
hiasan
dinding (panjang kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran,
misalnya :
1) Burung garuda
2) Teks proklamasi
3) Slogan pendidikan
4) Para pahlawan
5) Peta/globe
b.
penempatan
lemari
1) Untuk buku di depan
2) Alat-alat peraga di belakang
c.
pemeliharaan
kebersihan
1) Siswa bergiliran untuk membersihkan
kelas
2) Guru memeriksa kebersihan ketertiban
kelas
4. Ventilasi dan tata cahaya
a.
Ada
ventilasi yang sesuai dengan ruang kelas
b.
Sebaiknya
tidak merokok
c.
Pengaturan
adanya perlu diperhatikan
d.
Cahaya
yang masuk harus cukup.
C. Pengelolaan Kelas yang Efektif
Bila kelas diberikan batasan sebagai
sekelompok orang yang belajar bersama yang mendapatkan pengajaran dari guru,
maka didalamnya terdapat orang-orang yang melakukan kegiatan belajar dengan
karakteristik mereka masing-masing yang berbeda dari yang satu dengan yang
lainnya.
Perbedaan ini
perlu guru pahami agar mudah dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif.
Menurut Made Pidarta, untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Kelas adalah
kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu yang dilengkapi oleh
tugas-tugas dan diarahkan guru.
2. Dalam situasi
kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua
anak atau kelompok.
3. Kelompok
mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku-perilaku masing-masing
individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu-ondividu dalam hal
bagaimana mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana pelajar.
4. Kelompok kelas
menyyisipkan pengaruhnya kepada anggota-amggota. Pengaruh yang jelek dapat
dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka dikelas dikala belajar.
5.
Praktik guru waktu belajar cenderung
terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat ketrampilan guru
mengelola kelas secara kelompok, makin puas murid-murid dikelas.
6.
Struktur kelompok, pola komunikasi, dan
kesattuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang
tertarik pada sekolah mauupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau
bermusuhan.
Ditambahkannya lagi, bahwa organisasi
kelas tidak hanya berfungsi sebagai dasar terciptanya interaksi guru dan siswa,
tetapi juga menambah terciptanya efektivitas, yaitu interaksi yang bersifat
kelompok. Dari hasil riset telah disimpulkan beberapa variabel masalah yang
perlu diperhatikan untuk membuat iklim kelas yang efektif dan sehat, yaitu :
1. Bila situasi
kelas memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi kelompok harus
diminimalkan.
2. Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk
mengembangkan kesatuan dan kerja sama.
3. Anggota-anggota
kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
yang memeri efek kepada hubungan dan kondisi belajar.
4. Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam
menyelesaikan kebimbangan, ketegangan, dan perasaan tertekan.
5. Perlu
diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar