Jumat, 03 Juli 2015

makalah pengelolaan pembelajaran



BAB I
Pengertian dan Hakikat Pengelolaan Pembelajaran.
A.    Pengertian Pengelolaan Pembelajaran.
Pengelolaan itu berakar dari kata “kelola” dan istilah lainnya yaitu “manajemen” yang artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan. Maka disimpulkan pengelolaan itu adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang artinya ialah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari suatu informasi atau lebih. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran merupakan suatu penataan atau pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Dengan kata lain, pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses mengatur, mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen pembelajaran.
B.     Hakikat Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan pengajaran pada hakikatnya adalah mengatur/ mengendalikan/ memanajemeni aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan pengajaraan sehingga tercapai lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan penentuan strategi, dan perencanaan, diakhiri dengan penilaian.
a.       Konsep-konsep pengajaran
Konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek. Dalam hal ini konsep pengajaran yang memiliki pokok-pokok umum, dan dasar sistem pengajaran. Adapun pokok-pokok umum sebagai berikut :
1)      Metodik Khusus.
yaitu suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran agar siswa dapat mengetahui, memahami, dan menguasai bahan pelajaran.
2)      Didaktik, dan hubungan dengan Metodik.
Didaktik sebagai dari pedagogik atau berarti ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga bahan pelajaran itu dimiliki oleh peserta didik (yang dapat meningkatkan minat, motivasi, dan mengaktifkan siswa atau tidak).
b.      Prinsip-prinsip Pengajaran.
pengajaran merupakan perpaduan aktivitas mengajar dan belajar. Prinsip-prinsip pengajaran sangat berkaitan dengan segala komponen pengajaran yang menyangkut bagaimana peranan guru dalam pengajaran, apa, mengapa, dan bagaimana supaya peserta didik dapat terlibat aktif dalam pengajaran. Adapun prinsip-prinsip pengajaran itu meliputi : Prinsip aktivitas, Prinsip motivasi, Prinsip individualistis, Prinsip konsentrasi, Prinsip kebebasan, Pinsip peragaan, Prinsip kerja sama dan persaingan, Prinsip apersepsi, Prinsip korelasi (saling berkaitan), Prinsip efisiensi dan efektivitas, Prinsip globalits (bahwa keseluruhan adalah titik awal pengajaran), dan Permainan dan hiburan.
C.    Pendekatan Belajar-Mengajar.
Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Dilihat  dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,  yaitu: 
1.         Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2.         Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.
Adapun jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran secara terperinci, antara lain:
1.    Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.


2.    Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok digunakan untuk membina  dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama. Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas.
3.    Pendekatan Bervariasi
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4.    Pendekatan Edukatif
Pendekatan edukatif adalah pendekatan dengan menggunakan setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
5.    Pendekatan Keagamaan
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
6.    Pendekatan Kebermaknaan
Pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna. Misalnya kegagalan penguasaan bahasa Inggris oleh siswa salah satu sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut yaitu pendekatan kebermaknaan.



BAB II
Metode Belajar Mengajar
A.    Pengertian Metode Belajar Mengajar
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta berarti ‘melalui’ dan hodos berarti ‘jalan’. Dengan  demikian  metode  berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan
Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.    Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa.
b.    Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.
c.    Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
d.   Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
e.    Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
f.     Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
B.     Macam-Macam Metode Pembelajaran
1)   Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa. agar siswa efektif dalam proses  belajar mengajar yang menggunakan metode ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan  keterampilan  berpikir untuk memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis. Metode ceramah bergantung kepada kualitas personalities guru, yakni suara, gaya bahasa, sikap, prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, dan keteraturan guru dalam memberi penjelasan yang tidak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru. Metode ceramah memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a.       Kelebihan Metode Ceramah
1.      Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan sebanyak-banyaknya.
2.      Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan  pengelompokkan murid-murid seperti pada metode yang lain.
3.      Guru dapat menguasai seluruh  kelas dengan mudah, walaupun jumlah murid cukup besar.
4.      Apabila penceramah berhasil baik, dapat menimbulkan semangat, kreasi yang konstruktif, yang merangsang murid-murid untuk melaksanakan suatu tugas.
5.      Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
b.      Kekurangan Metode Ceramah
1.      Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
2.      Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3.      Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
4.      Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis.
5.      Dapat menimbulkan verbalisme.

2)   Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk merampungkan keputusan bersama. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan metode diskusi, manakala diterapkan kegiatan belajar mengajar yaitu:
a.       Kelebihan Metode Diskusi
1.    Metode diskusi data merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
2.    Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
3.    Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
b.      Kelemahan Metode Diskusi
1.      Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
2.      Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3.      Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
4.      Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
3)   Metode Kelompok
Istilah kelompok dapat diartikan sebagai bekerjanya sejumlah siswa, baik sebagai anggota kelas secara keseluruhan atau sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil, untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara bersama-sama. Selain itu, kerja kelompok  juga ditandai dengan adanya tugas bersama, pembagian tugas dalam kelompok, dan adanya kerja sama antara anggota kelompok dalam penyelesaian tugas kelompok. metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Metode  kelompok  mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a.   Kelebihan Metode Kelompok
1.    Ditinjau dari segi pendidikan, kegiatan kelompok murid-murid akan meningkatkan kualitas kepribadian, seperti: kerjasama, toleransi, kritis, disiplin dan sebagainya.
2.    Ditinjau dari segi ilmu jiwa akan timbul persaingan yang positif, karena anak-anak lebih giat bekerja dalam kelompok masing-masing.
3.    Ditinjau dari segi didaktik, bahwa anak-anak yang pandai dalam kelompoknya dapat membantu teman-temannya yang kurang pandai, terutama dalam rangka memenangkan “Kompetisi” antara kelompok.
b.   Kekurangan Metode Kelompok
1.      Metode kelompok memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit apabila dibandingkan dengan metode yang lain; misalnya metode ceramah.
2.      Apabila terjadi persaingan yang negatif, hasil pekerjaan akan lebih memburuk.
3.      Bagi anak-anak yang malas ada kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompok itu dan kemungkinan besar akan mempengaruhi kelompok itu, sehingga usaha kelompok itu akan gagal.
4)   Metode Demontrasi dan Eksperimen
  Metode demostrasi atau  praktik adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses yang bersifat praktis, misalnya : Bagaimana cara yang benar dalam melaksanakan ibadah sholat, baik cara memulai, mengerjakan maupun cara mengakhiri shalat serta apa saja yang disunnahkan dan membatalkannya.

5)   Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
   Metode ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses kejadian atau benda yang sebenarnya. Metode ini adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka.

6)      Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk mengunjungi obyek-obyek dalam rangka untuk menambah dan memperluas wawasan obyek yang dipelajari tersebut ( sesuai dengan bidangnya).  Misalnya untuk  pelajaran pendidikan geografi siswa dapat diajak ke obyek pemukiman transmigrasi atau obyek morfologi. Metode karyawisata mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a.     Kelebihan metode karyawisata
1.      Karyawisata memiliki prinsip pengajaran modern, yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2.      Membuat  apa  yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kanyatan dan kebutuhan di masyarakat.
3.      Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa.
4.      Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luasa dan aktual.
b.    Kekurangan metode karyawisata
1.         Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah.
2.         Saat memerlukan persiapan atau perencaaan yang matang.
3.         Memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang studi lain agar terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata
4.         Dalam karya wisata sering unsur rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama , sedang unsur studinya menjadi terabaikan.
5.         Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
7)      Metode Latihan
Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Metode Latihan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a.     Kelebihan metode latihan
1.      Untuk  memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis , melafalkan huruf, kata-kata  atau  kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alat-alat (mesin permainan dan atletik), dan terampil menggunakan peralatan olah raga.
2.      Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol), dan sebagainya
3.      Untuk  memperoleh  kecakapan  dalam  bentuk asosiasi yang dibuat, seperti  hubungan  huruf-huruf  dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta dan sebagainya.
4.      Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.
5.      Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.
6.      Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.
b.        Kelemahan metode latihan
1.      Menghambat bakat dan inisiatif siswa,karena siswa lebih banyak dibawah kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
2.      Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3.      Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
4.      Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis dapat menimbulkan ferbalisme.
5.      Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.



BAB III
Teknik-Teknik Belajar Mengajar
A.    Pengertian Teknik-Teknik Belajar Mengajar
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberi batasan bahwa tehnik adalah “cara (kepandaian) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni (Moeliono,1990:915). Belajar  Mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif maksudnya mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Jadi Teknik belajar mengajar merupakan cara seseorang guru dalam mendidik anak untuk mencapai tujuan yang diingkan.
Kegunaan teknik-teknik belajar mengajar adalah sebagai berikut :
1.      Menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, terutama berpikir ilmiah dan sikap dalm satu kesatuan.
2.      Membiasakan pelajar berpikir sehat, rajin, sabar, dan teliti dalam menuntut ilmu.
3.      Memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

B.     Macam-Macam Teknik-Teknik Belajar Mengajar
1.    Teknik Diskusi
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru disekolah. Di dalam diskusi proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
2.    Teknik Kerja Kelompok
Teknik ini ialah salah satu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 (lima) atau 7 (tujuh) siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru. Penggunaan teknik kerja kelompok untuk mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama.
3.    Penemuan (Discovery)
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.
4.         Teknik Simulasi
Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih memegang peranan sebagai orang lain. Simulasi mempunyai bermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah peer-teaching, sociodrama, psikodrama, simulasi game dan role playing.
5.    Unit teaching
Unit teaching sebagai teknik mengajar mempunyai pengertian yang khusus ialah teknik ini memberi kesempatan siswa belajar secara aktif dan guru dapat mengenal dan menguasai cara belajar secara unit. Jika tidak ada guru maka pengajaan dapat diatasi dengan adanya pengajaran unit. Unit teaching disebut juga unit, atau pengajaran proyek, atau disebut pula unit begitu saja.
Pengajaran unit ini ada 3 pase :
a.     Pase perencanaan/permulaan
b.    Pase pengerjaan unit
c.     Pase kulminasi
Teknik unit teaching ini memiliki keunggulan karena murid dapat belajar secara keseluruhan yang bulat, sehingga hasil pelajarannya menjadi lebih berarti baginya, lebih  luas mendalam dan bulat. Sedangkan Kelemahannya ialah untuk merencanakan unit tidak mudah, memerlukan seorang ahli yang betul-betul menguasai masalah, karena semua masalah belum tentu dapat dijadikan unit.
6.    Micro Teaching
Mikro teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya dikecilkan atau disederhanakan.
Adapun yang dikecilkan atau di “micro” kan ialah:
a.     Jumlah murid 5 sampai 6 orang
b.    Waktu mengajar antara 5 sampai 10 menit
c.     Bahan pelajaran hanya mencakup satu atau dua unit kecil yang sederhana.
d.    Keterampilan mengajar difokuskan pada beberapa ketrampilan khusus saja.
Dapat kiranya disimpulkan bahwa micro teaching adalah suatu latihan mengajar permulaan bagi guru atau calon guru dengan scope latihan dan audience yang lebih kecil dan dapat dilaksanakan dalam lingkungan teman-teman, setingkat sendiri atau sekelompok murid-murid di bawah bimbingan dosen pembimbing atan dibawah bimbingan Guru Pamong.
7.         Teknik Sumbang Saran (Brain-Storming)
Brain storming adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat.
8.         Inquiry
Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris, ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut : guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.
9.         Eksperimen
Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, maka segala sesuatu memerlukan eksperimen. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas digunakan teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Tujuan teknik ini adalah agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.
10.    Demonstrasi
Teknik lain yang hampir sejenis dengan eksperimen ialah demonstrasi. Tetapi siswa tidak melakukan percobaan hanya melihat saja apa yang dikerjakan guru. Jadi demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses. Adapun penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu permasalahana belajar. Misalnya penggunaan kompor untuk mendidihkan air.
11.  Teknik penyajian kerja lapangan
Yang dimaksud dengan teknik penyajian kerja lapangan ialah cara mengajar dengan jalan mengajak siswa ke suatu tempat diluar sekolah, yang bertujuan tidak hanya sekedar mengadakan observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun aktif/berpartisipasi ke lapangan kerja, agar siswa dapat menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan serta bekerja di dalam pekerjaan yang ada di masyarakat.
13). Teknik pemberian tugas atau resitasi
Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi atau keseluruhan. Hal itu terjadi disebabkan siswa mendalami situasi atau pengalamn yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru.



BAB IV
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Mengajar
A.    Keberhasilan Belajar Mengajar.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan presepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa “ Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai.
1.      Indikator Keberhasilan.
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:
a.       Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b.      Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
2.      Penilaian Keberhasilan.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut.
a.       Tes Formatif.
b.      Tes Subsumatif.
c.       Tes sumatif.
B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstrern. Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
1.      Faktor-faktor Intern
Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
a.       Faktor Jasmaniah.
1)      Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seorang berpengaruh terhadap belajarnya.
2)      Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

b.      Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.
1)      Intelegensi.
2)      Perhatian.
3)      Minat.
4)      Bakat.
5)      Motif.
6)      Kematangan.
7)      Kesiapan

c.       Faktor Kelelahan.
 Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.


2.      Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor:
a)      Faktor Keluarga.
b)      Faktor Sekolah.
c)      Faktor masyarakat

C.    Faktor- faktor yang mempengaruhi Keberhasilan mengajar.
Agar mengajar dapat berhasil dengan baik ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan tersebut. Berbagai faktor yang dimaksud adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi.
1.      Faktor Tujuan.
Tujuan adalah pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran menggambarkan bentuk tingkahlaku, kemampuan/ kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses pembelajaran. Perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru dan akan secara langsung berpengaruh pada kegiatan belajar peserta didik. Guru dengan sengaja akan menciptakan lingkungan belajar guna mencapai tujuan, jika kegiatan belajar anak didik dan kegiatan pengajaran guru tidak searah maka tujuan pembelajaran akan gagal.
Karena sebagai pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam setiap kali belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan pembelajaran. Akhirnya tujuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
1.      Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Seorang guru sangat menentukan keberhasilan dalam mengajar. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. Dan kepribadian seorang guru juga mempengaruhi. Jadi agar suatu pembelajaran dapat berhasil seorang guru harus mempunyai kompetensi-kompetensi yang diperlukan dalam mengajar.
2.      Anak Didik.
Anak didik adalah orang yang sengaja datang ke sekolah, orang tuanya yang memasukkannya untuk didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Anak dalam jumlah yang cukup besar itu tentu saja dari latar belakang kehidupan sosial keluarga yang berlainan dan mempunyai karakter yang berbeda pula. Kepribadian mereka ada yang pendiam, periang, suka bicara, kreatif, manja. Intelektual mereka juga dengan tingkat kecerdasan yang bervariasi, keadaan biologi merekapun berbeda. Karena itu, perbedaan anak pada sekolah biologis, intelektual dan psikologis ini dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
3.      Kegiatan Pengajaran.
Kegiatan pembelajaran yang efektif tidak dapat muncul dengan sendirinya, tetapi guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara optimal. Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan pelajaran sebagai perantaranyaGaya mengajar guru mempengaruhi gaya belajar anak didik. Ada 3 aspek yang dapat dilihat dari kegiatan pengajaran untuk keberhasilan belajar mengajar yaitu:
a. Gaya mengajar guru , ada empat macam gaya mengajar yaitu:
1)      Gaya mengajar klasik
2)      Gaya mengajar teknologis
3)      Gaya mengajar personalisasi
4)      Gaya mengajar interaksional
b. Pendekatan guru
1)      Pendekatan individual
Guru berusaha memahami anak didik dengan segala persamaan dan perbedaannya
2)      Pendekatan kelompok
Berusaha memahami anak didik sebagai mahluk sosial. Perpaduan kedua pendekatan ini akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.

c.    Strategi penggunaan metode.
Penggunaan strategi belajar dapat digunakan lebih dari satu metode pengajaran misalnya penggunaan metode ceramah dengan metode tanya jawab.

4.      Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan atau evaluasi. Biasanya bahan dikemas dalam bentuk buku paket, untuk dikonsumsi anak didik. Alat evaluasi yang digunakan biasanya dalam bentuk tes dan non tes. Non tes bisa dalam bentuk pengamatan proses pembelajaran, sedangkan tes hasil belajar menurut Asmawi Zainul “ Tes hasil belajar adalah alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengetahui keberhasilan seseorang dalam proses belajar mengajar atau pendidikan” . Tes yang digunakan tidak hanya dalam bentuk soal benar-salah atau true-fall dan pilihan ganda, tetapi juga menjodohkan, melengkapi dan essay. Masing-masing alat evaluasi memiliki kelebihan dan kekurangan.

5.      Suasana Evaluasi
Faktor suasana evaluasi merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Hal yang perlu diperhatikan dalam suasana evaluasi adalah:
a.       Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas.
b.      Semua murid dibagi menurut tingkatan masing-masing.
c.       Besar sedikitnya anak didik dalam kelas.
d.      Berlaku jujur, baik guru maupun anak didik selama evaluasi tersebut.
e.       Sikap pengawas yang berlebihan.



BAB V
Media Pembelajaran
A.    Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara (وسائل) pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan alat-alat garafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Akhirnya dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.
B.     Media Sebagai Alat Bantu
Media sebagai alat bantu dalam belajar mengajar adalah suatau kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks.
Anak didk cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat mereka hindari, disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan  anak didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberikan guur bersimpang siur, tidak ada focus masalahnya. Jika guur tidak memiliki kemampuan untuk  menjelaskan suatu bahan dengan baik, apa salahnya jika mneghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah itetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
C.    Media Sebagai Sumber Belajar serta Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
1.      Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai tersebut diambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya dapat kita jumpai di mana pun, seperti di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Udin Saripuddin dan Winaputra mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku/ perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Maka dari itu sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. 
2.      Fungsi dan Manfaat Media
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh pskologis terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajika data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.
Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.
D.    Macam-macam Media
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri  dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnay, dan dari bahan serta cra pembuatannya.
1.      Dilihat dari jenisnya, media dibagi kedalam :
a.       Media audiitf
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cock untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b.      Media visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula yang menampilkan gamabar atau symbol yang bergerak seperti film bisu.
c.       Media audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsure suar dan unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:
1)      Audiovisual diam
2)      Audiovisual gerak
2.      Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:
a.       Media dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh: radio dan televise
b.      Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruuang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup  dan gelap.
c.       Media untuk pengajaran individual
Media ini penggunaanya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui computer.
3.      Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam:
a.       Media sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b.      Media komplek
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.

E.     Prinsip-prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Drs. Sudirman N. Mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya kedalam tiga kategori, sebagai berikut:
1.      Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, atau sekedar hiburan saja. Apakah untuk sasaran SD, SMP, SMU, tuna rungu, masyarakat kota ataukah pedesaan.
2.      Karakteristik Media Pengajaran
Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran. Selain itu juga memberikan kemungkinan  pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi.  Dan jika seorang guru kurang memahami karakteristik tersebut, maka guru akan dihadapkan pada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.
3.      Alternatif Pilihan
Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat bebrapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan media apa adanya.
          Sedangkan prinsip-prinsip yang digunakan untuk menggunakan media agar dapat mencapai hasil yang baik menurut Dr. Nana Sudjana, yaitu:
1.      Menentukan jenis media dengan tepat. Maksudnya yaitu, sebaiknya seorang guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.
2.      Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat. Maksudnya yaitu, perlu diperhatikan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan / kemampuan anak didik.
3.      Menyajikan media dengan tepat. Maksudnya yaitu, teknik dan metode penggunaan media dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana yang ada.
4.      Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Maksudnya yaitu, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media digunakan. Karena tidak setiap saat memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan media pengajaran.

F.     Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media
Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat, di samping memenuhi prinsip-prinsip pemilihan, juga terdapat beberapa factor dan kriteria yang perlu diperhatikan sebagaimana diuraiikan berikut ini.
1.      Factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pengajaran
a.       Obyekktifitas
b.      Program pengajaran
c.       Sasaran program
d.      Situasi dan kondisi
e.       Kualitas teknik
f.       Keefektifan dan efisiensi penggunaan
2.      Kriteria pemilihan media pengajaran
Menurut  nana sudjana dan ahmad rivai, dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.       Ketepatannya dengantujuan pengajaran
b.      Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
c.       Kemudahan memperoleh media
d.      Keterampilan guru dalam menggunakannya
e.       Tersedia waktu untuk menggunakannya
f.       Sesuai dengan taraf berpikikir siswa.

G.    Pengembangan dan Pemanfaatan Media Sumber Belajar
Kegagalan seorang guru dalam mengembangkan media pengajaran akan terjadi jika penguasaan terhadap karakteristik media itu sendiri sangat kurang. Apabila penggunaan media pengajaran ditujukan dengan maksud untuk mengulur-ulur waktu atau hanya untuk memperknalkan kekeyaan sekolah, maka tujuan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Maka dari itu, pemanfaatan media hanya diharuskan dengan maksud untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa fungsi. Nana Sudjana merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori, yaitu:
1.      Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2.      Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti media merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.
3.      Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dai isi palajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan (pemanfaatan) media harus melihat pada bahan pelajaran.
4.      Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
5.      Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
6.      Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.




BAB VI
Teknik-teknik Mendapatkan Uman Balik
A.    Memancing Apersepsi Peserta Didik
Peserta didik adalah orang yang memiliki kepribadian dengan ciri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangan dan pertumbahan itu sendiri dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan social masyarakatnya, sehingga sikap, perilaku dan pandangan hidup peserta didik dipengaruhi oleh perkembangan yang membentuknya.
Latar belakang kehidupan social peserta didik penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan mengetahui dari mana peserta didik berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa peserta didiknya. Pengalaman apa yang dipunyai oleh peserta didik adalah hal yang sangat membantu untuk memancing perhatian peserta didik.
Pengalaman peserta didik mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan merupakan bahan apersepsi yang dipunyai oleh anak. Pengalaman atau pengetahuan peserta didik tersebut dapat dimanfaatkan untuk memancing perhatian peserta didik terhadap bahan pelajaran yang akan diberikan, sehingga peserta didik terpancing untuk memperhatikan penjelasan guru. Dengan demikian, uasaha guru untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik dengan pengetahuan yang masih relevan yang akan diberikan, merupakan teknik mendapatkan umpan balik dari peserta didik dalam pengajaran.
B.     Memenfaatkan Teknik Alat Bantu Yang Akseptabel
Guru yang menyadari kelemahan dirinya untuk menjelaskan isi dari bahan pelajaran yang disampaikan sebaiknya memanfaatkan alat bantu untuk membantu memperjelas isi dari pembelajaran. Dalam dunia pembelajaran, alat bantu yang dimaksud biasanya disebut media. Adapun penggunaan alat bantu atau media adalah untuk memperjelas bahan pelajaran. Dan tujuan lain yang tak kalah penting didalam penggunaan alat bantu adalah:
1.      Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh kehadapan peserta didik.
2.      Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung dengan cepat atau amat lambat menjadi lebih sistematis dan sederhana.
3.      Menampung sejumlah besar peserata didik untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama.
4.      Meningkat daya tarik pelajaran dan perhatian peserta didik.
5.      Meningkatkan sistematika pengajaran

Adapun manfaat dari penggunaan alat bantu/media dalam pembelajaran adalah:
1.      Untuk memperlancar interaksi antara pendidik dengan peserta didik
2.      Proses pembelajaran menjadi lebih baik
3.      Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
4.      Jumlah waktu mengajar dapat dikurangi
5.      Meningkatkan kualitas belajar siswa
6.      Proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
7.      Menimbilkan sikap positif siswa terhadap proses pembelajaran.
Alat bantu yang akseptabel dapat dimanfaatkan sebagai teknik yang jitu untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Umpan balik pun terjadi seiring dengan proses belajar peserta didik yang berkelanjutan.
C.    Memilih Bentuk Motivasi Yang Baru
Agar peserta didik senang dan bergairah dalam belajar, guru harus berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan cara memanfaatkan semua potensi kelas yang ada. Motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi peserta didik. Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat guru gunakan untuk memotivasi peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan,yaitu:
a.       Memberi angka, angka dimaksud sebagai symbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar peserta didik.
b.       Hadiah, sesuatu yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.
c.       Pujian, alat motivasi yang positif.
d.      Gerakan tubuh, bentuk mimik yang cerah, senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, member salam, menaikkan bahu, menggelengkan kepala, menaikkan tangan dan lain-lain.
Peserta didik akan aktif dalam kegiatan belajarnya apabila ada motivasi, baik itu motivasi ekstrinsik maupun instrinsik. Ada beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri peserta didik. Antara lain:
a.       Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan pertisipasi positif.
b.      Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran.
c.       Tersedia tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung.
d.      Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses pembelajaran.
D.    Menggunakan Metode Yang Bervariasi
Metode merupakan hal yang lebih penting dari materi yang akan diajarkan. Metode adalah cara yang paling cepat dan tepat, kata “cepat dan tepat” didini sering diungkapkan dengan ungkapan efektif dan efisien. Metode yang digunakan itu tidak sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menggunakan metode yang bervariasi dapat menjembatani gaya-gaya belajar peserta didik dalam menyerap bahan pelajaran. Umpan balik dari peserta didik akan bangkit sejalan dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan psikologis peserta didik.
Macam-macam metode dalam pembelajaran antara lain:
1.      Metode ceramah.
2.      Metode diskusi.
3.      Metode Tanya jawab.
4.      Metode kerja kelompok.
5.      Metode sosio-drama
6.      Metode sistim regu, Dll.
Dengan menggunakan metode diatas, maka guru akan mendapatkan umpan balik peserta didik.



BAB VII
Pengembangan Variasi Mengajar
Variasi gaya mengajar adaalah perubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas.
A.    Tujuan Variasi Mengajar
Penggunaan variasi mengajar ditujukan terhadap siswa, agar siswa bergairah dalam belajar. Adapun tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah:
1.      Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar.
2.      Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.
3.      Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
B.     Prinsip-prinsip Penggunaan Variasi Mengajar
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1.      Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam memggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan.
2.      Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu proses belajar mengajar. Variasi juga harus direncanakan secara baik dan eksplisit serta dicantumkan dalam rencana pelajaran.
C.    Komponen-komponen Variasi Mengajar
Variasi gaya mengajar guru ini meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1.      Variasi suara
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat. Suara guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan. Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat biasa sekalipun, gunakanlah bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal penting, gunakan kalimat pendek yang cepat untuk menimbulkan semangat.
2.      Pemusatan perhatian
Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting itu atau aspek kunci, guru dapat menggunakan atau memberikan peringatan dengan bentuk kata-kata. Misalnya: “Perhatikan baik-baik”, “Jangan lupa ini dicatat dengan sungguh-sungguh” dan sebagainya. Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni:
a.       Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru. Seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata penting tentang suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris bawahi.
b.      Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit.
c.       Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut ada dua cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya.
3.      Kesenyapan atau kebisuan guru (teching silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba dari pihak guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.
4.      Kontak pandang
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak didik atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian diantara mereka.Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya di depan kelas:
a.       Melihat keluar ruangan
b.      Melihat kearah langit-langit
c.       Melihat kearah lantai
d.      Melihat hanya pada siswa tertentu atau kelompok siswa saja
e.       Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil menunjuk sesuatu
5.      Perpindahan posisi guru
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara berlebihan. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara anak didik dari belakang ke samping anak didik dan sebagainya. Guru melakukan pergantian posisi sebaiknya jangan kaku, lakukan saja secara bebas dan wajar bisa menarik perhatian siswa.
6.      Model-model belajar
Dalam melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan memahami gaya atau model-model belajar siswanya. Adapun model-model belajar siswa ada tiga macam yaitu:
a.       Visual
Belajar visual yang efektif adalah dengan menggunakan gambaran keseluruhan (melakukan tinjauan umum), yakni dengan membaca bahan pelajaran secara sekilas. Ciri-ciri pelajar visual:
1)      Teratur, memperhatikan segala sesuatu
2)      Mengingat dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan memorinya
b.      Auditorial
Belajar auditorial yang efektif adalah dengan mendengar. Untuk itu guru disaat menerangkan dituntut untuk menggunakan variasi, pemusatan, perhatian dan kesenyapan memudahkan dan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar. Ciri-ciri siswa auditorial adalah:
1)      Perhatiannya mudah terpecah
2)      Berbicara dengan pola berirama
3)      Belajar dengan cara mendengar
4)      Berdialog secara internal dan eksternal
c.       Kinestetik
Bagi pelajar kinestetik, belajar yang efektif adalah dengan melibatkan diri langsung dengan aktifitasnya, jadi mereka cenderung pada eksperimen (gerak). Ciri-ciri siswa kinestetik adalah:
1)      Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca
2)      Mengingat sambil melihat langsung
BAB VIII
Pengelolaan Kelas
A.  Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan asal katanya adalah ”kelola”, istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Sedangkan kelas adalah lingkungan atau ruangan yang digunakan unuk proses belajar mengajar. Jadi pengelolaan kelas adalah kegiatan yang terencana yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, membangun iklim sosio-emosional yang positif serta menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik. Sehingga diharapkan proses belajar dan mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
B.  Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Pengelolaan kelas dapat pula  ditinjau dari segi interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur segala kondisi apapun yang terjadi didalam kelas saat pembelajaran berlangsung agar terciptanya komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan murid, murid dengan guru sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik. Adapun tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1.    Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.     Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3.     Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4.    Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.

C.  Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Lahirnya interaksi yang optimal tergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1.      Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
2.      Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman adalah sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang.
3.      Pendekatan Kebebasan
Pendekan kebebasan dimaksudkan peran guru dalam suatu proses, untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja dan mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.      Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5.      Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6.    Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral. Pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
7.      Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas.
8.      Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif,  selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik.
9.      Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik yaitu suatu pendekatan yang dilakukan guru dengan menggunakan berbagai pendekatan atau memadukan suatu pendekatan dengan pendekatan yang lain. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas.
D.  Prinsip – Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut:
1.    Hangat dan antusias
Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.    Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.    Bervariasi
Penggunaan alat atau media atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa yang di sebut diatas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.
4.     Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.      Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.            
6.    Penanaman disiplin diri
Guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut disiplin atau berdisiplin dalam segala hal.
E.     Komponen- Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen-komponen, sebagai berikut.
1.      Menciptakan dan memelihara iklim pembelajaran yang optimal
Menciptakan dan memelihara iklim pembelajaran yang optimal berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran. Berikut hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencapainya.
a)      Menunjukkan sikap tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidak acuhan, dan ketidak terlibatan peserta didik terhadap tugas-tugas di kelas. Tanggapan yang dilakukan guru dapat berupa:
1)      Gerak mendekati
Gerak guru mendekati yang dilakukan hendaknya secara wajar, dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat, dan perhatian guru yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas siswa.
2)      Memandang secara saksama
Memandang secara saksama dapat mengundang dan melibatkan siswa dalam kontak pandang serta interaksi antar pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama, dan menunjukkan rasa persahabatan.
3)      Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan siswa
Bila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan dalam kelas, guru dapat memberikan teguran.
4)      Memberikan pernyataan
Tanggapan dan komentar sebagai pernyataan guru terhadap  apa yang dikemukakan peserta didik sangat penting guna lebih meyakinkan peserta didik akan pendapatnya tersebut. Akan tetapi, pernyataan guru haruslah dibatasi untuk menghindari adanya kesan dominasi guru.
b) Memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan agar kegiatan peserta didik dalam belajar dapat dipertahankan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara berikut.
1)  Menuntut tanggung jawab siswa.
Hal ini berhubungan dengan cara guru memegang teguh kewajiban dan tanggung jawab yang dilakukan oleh peserta didik serta keterlibatan peserta didik dalam tugas-tugas. Misalnya dengan meminta kepada peserta didik untuk memeragakan, melaporkan hasil, dan memberikan respons.
2) Menyiagakan siswa
Maksudnya ialah memusatkan perhatian siswa kepada suatu hal sebelum guru menyampaikan materi pokok dengan tujuan untuk menghindari penyimpangan perhatian siswa.
c) Memberi perhatian kepada beberapa kegiatan yang langsung dalam waktu yang sama akan menciptakan pengelolaan kelas yang efektif. Memberi perhatian dapat dilakukan secara visual dan verbal.
d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan singkat sehingga tidak terjadi kebingungan pada peserta didik.
f) Memberi penguatan-penguatan, baik terhadap peserta didik yang mengganggu maupun yang bersikap wajar.
e) Memberikan teguran kepada peserta didik bila ia melakukan sesuatu yang mengganggu kelas.
2.      Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal
Kondisi belajar yang optimal harus tetap dipertahankan. Untuk itu guru harus dapat mencegah hal-hal yang mengganggu jalannya proses pembelajaran. Selain itu guru harus memiliki kemampuan mengembalikan kondisi-kondisi yang mengganggu pembelajaran kepada kondisi yang seharusnya. Apabila guru harus mengadakan perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang secara terus menerus menimbulkan gangguan terhadap proses pembelajaran, guru dapat melakukannya dengan cara-cara berikut:
a)      Modifikasi perilaku
Guru sebaiknya mengadakan analisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau kesulitan sebelum memodifikasi tingkah laku tersebut. Modifikasi tingkah laku dapat dilakukan dengan cara:
1)      Meningkatkan perilaku yang baik dengan pemberian penguatan secara sistematis;
2)      Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan;
3)      Mengurangi perilaku buruk dengan pemberian hukuman.
b)     Guru dapat mengadakan pengelolaan kelompok dengan cara:
1)      Mengusahakan terjadinya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas;
2)      Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok dengan menangani konflik yang timbul
c)      Menemukan dan mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku salah yang muncul dan mengetahui sebab-sebabnya serta berusaha untuk menemukan pemecahannya, yaitu dengan:
1)      Menghilangkan ketegangan dengan humor mengabaikan yang direncanakan;
2)      Mengadakan campur tangan dengan isyarat;
3)      Mengakui perasaan negatif peserta didik
4)      Mengekang secara praktik
5)      Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi;
6)      Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaanya;
7)      Menyusun kembali program belajar.
Agar dapat mengelola kelas dengan efektif, perlu dihindari hal-hal yang akan menimbulkan gangguan proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1)      Campur tangan guru yang berlebihan
Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung hendaknya guru tidak melakukan kegiatan atau mengatakan sesuatu yang akan mengganggu peserta didik.
2)      Kesenyapan
Kesenyapan yang terjadi dalam bentuk diam yang terlalu lama, kehilangan akal, atau melupakan langkah-langkah dalam pelajaran akan mengakibatkan pikiran peserta didik mengawang-awang, melantur, dan mengganggu keefektifan serta kelancaran pelajaran.
3)      Penyimpangan
Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahan tertentu memungkinkan terjadinya penyimpangan.
4)      Bertele-tele
Pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran yang sederhana menjadi ocehan atau kupasan yang panjang akan membuat peserta didik tidak fokus pada permasalahan yang dibicarakan guru.



BAB IX
Pengelolaan Kelas
A.    Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas
Gagalnya seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator kegagalan itu adalah prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuia dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar-mengajar.
Keanekaragaman masalah perilaku siswa yang menimbulkan beberapa masalah pengelolaan kelas menurut Made Pidarta adalah :
1.      Kurang kesatuan dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan jenis kelamin.
2.      Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok.
3.      Reaksi negative terhadap anggota kelompok.
4.      Reaksi mentoleransi kekeliruan-kekeliruan.
5.      Mudah mereaksi perilaku negative / terganggu.
6.      Moral rendah, permusuhan, dan agresif.
7.      Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.

1.      Jenis masalah dalam Pengelolaan Kelas
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat individu dan yang bersifat kelompok.
a.       Masalah yang bersifat Individual.
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga, maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Diantaranya sebagai berikut:
1)      Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian)..
2)      Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
3)      Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
4)      Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
b.      Masalah bersifat kelompok.
Dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
  1. Kekurang-kompakan. Contoh Para siswa tidak saling bantu membantu.
  2. Kekurang mampuan mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang, dan lain-lain.
  3. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
  4. Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang. Contoh yang amat umum ialah perbuatan memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang guru.
  5. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
  6. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja.
  7. Ketidak mampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.  Contoh yang paling sering terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
2.      Cara menghadapi masalah pengelolaan
Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh guru. Seorang guru harus kreativ delam menggunakan beberapa pendekatan dan harus tau juga bentuk masalah yang timbul, apakah masalah individu atau kelompok. Guru dapat menggunakan pendekatan pengubah tingkah laku dan sebagainya.

B.     Penataan Ruang Kelas dan Pengaturan Siswa
Lingkungan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell yaitu:
1.      Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
2.      Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3.      Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
4.      Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5.      Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

1.      Tempat Duduk Siswa
Pengaturan bangku dapat dilakukan secara fleksibel dengan memosisikan sedemikian rupa, sesuai dengan kebutuhan pengajaran yang efektif dan efisien. Hal ini dilakukan agar semua siswa mampu menangkap pelajran yang diberikan dengan merata, seksama, menarik, tidak monoton, dan mempunyai sudut pandang bervariasi terhadap pelajaran yang tengah dikuti. Contoh formasi bentuk bangku sebagai berikut:
1.      Formasi Tradisionala (Konvensional)
Formasi konvenssional adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi.
2.      Formasi Auditorium
Jika tempat duduk sebuah kelas dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, maka guru dapat membuat bentuk pembelajran ala auditorium untuk membentuk hubungan yang lebih erat, sehingga memudahkan siswa melihat guru.
3.      Formasi Cevron
Bentuk cevron mungkin bisa sangat membantu dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas.
4.      Formasi Kelas bentuk Huruf U
Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran.
5.      Formasi Meja Pertemuan
Formasi ini dapat digunakan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok tersebut mempunyai meja pertemuannya sendiri-sendiri
6.      Formasi Konferensi
Formasi konferensi sangat bagus digunakan dalam metode debat saat membahas suatu permasalahan yang dilontarkan oleh pendidik, kemudian membiarkan para siswa secara bebas mengemukakan berbagai pendapat mereka.
7.      Formasi Pengelompokan Terpisah (Breakout Groupings)
Jika ruangan kelas memungkinkan atau cukup besar, guru dapat meletakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar yang dipecah menjadi beberapa tim.
8.      Formasi Tempat Kerja
Formasi tempat kerja tepat jika dilakukan dalam lingkungan tipe laboratorium, di mana setiap siswa duduk pada satu tempat untuk mengerjakan tugas, tepat setelah didemonstrasikan.
9.      Formasi Kelompok untuk Kelompok
Formasi kelompok untuk kelompok adalah formasi di mana terdapat beberapa kelompok yang duduk dalam satu meja persegi berukuran besar (bisa juga dengan membuat beberapa meja dijadikan satu menjadi meja besar), sehingga setiap kelompok duduk saling berhadapan. Susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau menyusun permainan peran, berdebat atau observasi pada aktivitas kelompok.
10.  Formasi Lingkaran
Formasi lingkaran adalah formasi yang disusun melingkar tanpa menggunakan meja dan kursi. Formasi ini digunakan untuk melakukan pembelajaran dalam satu kelompok, dimana guru memiliki peran untuk membimbing dan mengarahkan jalannya pembelajaran tersebut.
11.  Formasi Peripheral
Jika guru menginginkan siswa memiliki tempat untuk menulis, hendaknya digunakan susunan peripheral, yakni meja ditempatkan di belakang siswa. Guru dapat menyuruh siswa memutar kursi-kursinya secara melingkar ketika guru mengingkan diskusi kelompok.

2.      Pengaturan Alat-Alat Pengajaran dalam kelas adalah:
Alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur sebagai berikut:
a.       Perpustakaan kelas
1)      Sekolah yang maju mempunyai perpustakaannya di setiap kelas.
2)      Pengaturanya bersama-sama siswa.
b.      Alat – alat peraga media pengajaran
1)      Alat peraga atau media pengajaran semestinya diletakkan di dalam kelas agar memudahkan dalam penggunaanya.
2)      Pengaturannya bersama-sama siswa.
c.       Papan tulis, kapur tulis, dll
1)      Ukurannya disesuaikan
2)      Warnanya harus kontras
3)      Penempatannya memperhatikan etestika dan terjangkau oleh semua siswa
d.      Papan resensi siswa
1)      Ditempatkan di bagian depan sehingga dapat dilihat oleh semua siswa
2)      Difungsikan sebagaimana mestinya
3.      Penataan keindahan dan kebersihan kelas
a.       hiasan dinding (panjang kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, misalnya :
1)      Burung garuda
2)      Teks proklamasi
3)      Slogan pendidikan
4)      Para pahlawan
5)      Peta/globe
b.      penempatan lemari
1)      Untuk buku di depan
2)      Alat-alat peraga di belakang
c.       pemeliharaan kebersihan
1)      Siswa bergiliran untuk membersihkan kelas
2)      Guru memeriksa kebersihan ketertiban kelas
4.      Ventilasi dan tata cahaya
a.       Ada ventilasi yang sesuai dengan ruang kelas
b.      Sebaiknya tidak merokok
c.       Pengaturan adanya perlu diperhatikan
d.      Cahaya yang masuk harus cukup. 

C.    Pengelolaan Kelas yang Efektif
Bila kelas diberikan batasan sebagai sekelompok orang yang belajar bersama yang mendapatkan pengajaran dari guru, maka didalamnya terdapat orang-orang yang melakukan kegiatan belajar dengan karakteristik mereka masing-masing yang berbeda dari yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini perlu guru pahami agar mudah dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif. Menurut Made Pidarta, untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu yang dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan guru.
2.      Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak atau kelompok.
3.      Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku-perilaku masing-masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu-ondividu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana pelajar.
4.      Kelompok kelas menyyisipkan pengaruhnya kepada anggota-amggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka dikelas dikala belajar.
5.      Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat ketrampilan guru mengelola kelas secara kelompok, makin puas murid-murid dikelas.
6.      Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesattuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah mauupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.
Ditambahkannya lagi, bahwa organisasi kelas tidak hanya berfungsi sebagai dasar terciptanya interaksi guru dan siswa, tetapi juga menambah terciptanya efektivitas, yaitu interaksi yang bersifat kelompok. Dari hasil riset telah disimpulkan beberapa variabel masalah yang perlu diperhatikan untuk membuat iklim kelas yang efektif dan sehat, yaitu :
1.      Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi kelompok harus diminimalkan.
2.       Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan kerja sama.
3.      Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memeri efek kepada hubungan dan kondisi belajar.
4.       Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan kebimbangan, ketegangan, dan perasaan tertekan.
5.      Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar