Senin, 14 April 2014

DISKURSUS TENTANG KONSEP METODOLOGI PEMBELAJARAN oleh kel 1 eva dan gusti



BAB I
PENDAHULUAN

 Salah satu problem pendidikan umat Islam adalah problem metode pendidikan. Pendidikan umat Islam senantiasa menggunakan metode hafalan, yang tidak dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Sering kali dijumpai seorang guru yang berpengetahuan luas tetapi tidak berhasil dalam mengajar, hanya karena tidak menguasai metode mengajar. Itulah sebabnya, metode mengajar menjadi salah satu objek bahasan yang penting dalam pendidikan. Oleh karena itu, guru sebagai dari kerangka sistem pendidikan dituntut untuk selalu mengembangkan keterampilan mengajar yang sesuai dengan kemajuan zaman dan lingkungan lokal dimana proses pendidikan itu dilakukan. Jika guru bersikap statis (merasa cukup dengan apa yang sudah ada) maka proses pendidikan itu akan statis pula bahkan mundur. Keberadaan metodologi pembelajaran merupakan salah satu solusi yang dapat dijadikan guru dalam memecahkan persoalan tersebut, karena merupakan hasil pengkajian dan pengujian melalui metode ilmiah.
Metodologi berarti ilmu tentang metode, sementara metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam ilmu tentang mengajar, metodologi disebut didaktik yaitu ilmu yang membahas tentang kegiatan proses belajar mengajar yang menimbulkan proses belajar.
Adapun dalam makalah ini kami akan membahas tentang konsep metodologi pembelajaran yang terdiri dari pengertian, prinsi-prinsip, ruang lingkup, pendekatan-pendekatan, kedudukan, manfaat dan kegunaan metodologi pembelajaran.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Konsep Metodologi Pembelajaran PAI
1.      Pengertian Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Menurut Soedjadi konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Sedangkan menurut Bahri, pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. [1]
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan konsep adalah gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang digunakan untuk mengadakan suatu penggolongan dan dinyatakan dengan rangkaian kata.

2.      Pengertian Metodologi
Menurut Harto, metodologi berarti ilmu tentang metode, sementara metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. [2] Metodologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti “ ilmu tentang metode, uraian tentang metode”. Sedangkan menurut Ahmad, sering kali orang menyamakan istilah metode dengan cara. Dalam konteks ini metodologi dapat dipahami sebagai ilmu yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian tentang cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.[3]
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metodologi adalah suatu ilmu tentang metode atau cara kerja yang tepat dan cepat untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
3.       Pengertian Pembelajaran
Menurut Gagne, pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang sifatnya internal. Menurut J. Drost, pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan untuk menjadikan orang lain belajar. Rahman mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu peristiwa atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun kreativitas siswa.[4]
Dengan demikian pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat aktivitas atau peristiwa yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar guna menciptakan kreativitas siswa.
2.2. Pengertian Metodologi Pembelajaran PAI
Menurut Departemen Agama, metodologi pembelajaran PAI adalah ilmu yang membahas cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran PAI guna mencapai tujuan pembelajaran PAI yang ditentukan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.[5] Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang membahas tentang cara-cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik agar tujuan yang telah ditentukan dalam pendidikan dapat tercapai.[6]
Dari penegertian di atas dapat disimpulkan metodologi pembelajaran PAI adalah ilmu yang membahas tentang cara kerja yang bersistem untuk melaksanakan suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran PAI yang ditentukan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2.3. Prinsip-prinsip Metodologi Pembelajaran PAI
            Di masa lalu pengajaran dipandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang digunakan guru banyak berpusat pada metode ceramah, bagaimanapun materi yang akan disampaikan. Munculnya teori-teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar yang membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode mengajar. Metode-metode tersebut berkembang mengikuti prinsip-prinsip umum berikut :
1.      Memperhatikan kecenderungan-kecenderungan siswa dalam belajar. Prinsip ini memberi landasan bagi guru untuk memberikan kepada siswa hanya bahan ajar yang sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, yaitu bakat, minat, lingkungan dan kesiapan, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari proses pembelajran.
2.      Memanfaatkan aktivitas individual para siswa. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan melibatkan mereka dalam setiap kegiatan yang dilakukannya, memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan berbuat, serta mendorong mereka untuk dapat mandiri dalam segala hal yang dapat dilakukan dalam belajar mandiri dalam segala hal yang dapat dilakukan.
3.      Mendidik melalui permainan (games) atau menjadikan permainan sebagai sarana pendidikan. Siswa terutama pada usia kanak-kanak dapat belajar ditengah-tengah kegiatan bermain mereka. Dengan bermain, mereka tidak akan merasakan adanya tekanan dan keterpaksaan, tidak pula terikat oleh banyak peraturan yang sering kali menghalangi kebebasan mereka untuk mengaktualisasikan bakat mereka.
4.      Memberi motivasi kepada siswa untuk berbuat, bukan menekannya, sehingga dapat berbuat dengan penuh rasa senang. Biasanya segala sesuatu yang diperbuat dengan rasa senang tidak akan membosankan.
5.      Mengutamakan dunia anak-anak dalam artian bahwa memperhatikan kepentingan mereka dan mempersiapkan mereka untuk kehidupan dimasa depan, prinsip ini diwujudkan dengan memadukan aspek pembelajaran toeritis dan praktis.
6.      Menciptakan semangat berkoperasi. Misalnya guru berkerjasama dengan siswa, siswa dengan guru, dan orang tua dengan guru. Kerja sama yang terakhir biasanya diungkapkan dengan kerjasama antara keluarga dan sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan siswa serta mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang dicita-citakan.
7.      Memberi motivasi kepada siswa untuk belajar mandiri serta memiliki kepercayaan diri untuk melakukan tugas-tugas belajar dan penelitian. Guru hendaknya berusaha agar mereka tidak bersandar kepadanya, kecuali dalam keadaan terpaksa seperti ketika menghadapi kesulitan. [7]
8.      Memanfaatkan segenap indera siswa, sebab pendidikan inderawi merupakan alat menuju pendidikan intelektual.
Prinsip umum metode pembelajaran diatas penting dipertimbangkan setiap guru ketika akan melakukan pengembangan metodologi pembelajaran agar setiap penggunaan metode yang diputuskan akan memberikan manfaat yang mampu membawa siswa menuju penguasaan kompetensi yang diharapkan.
2.4. Ruang Lingkup Metodologi Pembelajaran
Metode pendidikan merupakan salah satu sarana yang amat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut Ahmadi, dalam bukunya, “Didaktik dan Metodik” mengatakan, bahwa ruang lingkup pendidikan Islam ada lima hal seperti di bawah ini.

1.    Perencanaan
Perencanaan (planning) adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan aktivitas. Menurut Robert Glasar, langkah pertama dalam membuat persiapan mengajar ialah menentukan tujuan pengajaran yang hendak dicapai pada jam pelajaran yang bersangkutan, langkah kedua ialah menentukan intering bahavior. Entering behavior ialah langkah tatkala guru menentukan kondisi siswanya yang mencakup kondisi umum serta kondisi kesiapan kemampuan belajarnya. Langkah ketiga ialah menentukan prosedur (langkah-langkah) mengajar dan langkah keempat ialah menentukan cara dan teknik evaluasi.[8]
2.    Bahan Pembelajaran
Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat menguasai kompetensi melalui materi yang disajikan secara runtut dan sistematis sehingga mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu sesuai dengan tujuan pendidikan Agama Islam. Secara umum wujud bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar interaktif.
a.       Bahan cetak ( printed)
Bahan cetak dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Adapun macam-macam bahan ajar cetak antara lain: handout, buku, modul, lembar kegiatan Siswa, brosur, wallchart, dan foto/gambar.
b.      Bahan ajar dengar (audio)
Bahan ajar dengar adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
c.       Bahan ajar pandang dengar (audio-visual)
Bahan ajar audio-visual adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media audio visual seperti video compact disk dan film.
d.      Bahan ajar interaktif (interactive teaching material)
Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan perilaku alami dari suatu presentasi.
3.    Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian diatas, ada dua hal yang perlu dicermati, yaitu: pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Kedua,  strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut adalah jenis-jenis strategi pembelajaran secara umum:
a.       Strategi pembelajaran ekspoitri, adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai pelajaran dengan optimal. Metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode ceramah.
b.      Strategi pembelajaran inkuiri, adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan anilitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah.
c.       Strategi pembelajaran kooperatif, merupakan strategi yang menggunakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan yang memiliki latar belakang kemampuan, jenis kelamin, rasa tau suku yang berbeda.

4.    Media Pembelajaran
Media sebagai alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Adapun pengertian  media pembelajaran PAI adalah perantara atau pengantar pesan (informasi) dari guru agama Islam kepada penerima informasi yakni peserta didik. Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Secara umum jenis media pembelajaran dikelompokkan menjadi :
a.       Media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkaian), slides, gambar, atau lukisan, cetakan, grafis, diagram, peta dan lainnya.
  1. Media auditif, adalah  media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan pendengaran.
  2. Media audio-visual, adalah  media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Seperti contoh: rekaman video, film dan lain sebagainya.
  3. Media berbasis cetakan, media pembelajaran berbasis cetakan yang umum digunakan adalah buku teks, pamflet, poster, majalah dan lain sebagainya.
  4. Media pajang, media pajang biasanya digunakan untuk menyampaikan informasi di depan kelompok kecil. Contoh: papan tulis, flip chart, papan magnetik dan lain-lain.
  5. Media berbasis komputer, media ini menggunakan komputer sebagai perantara untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik. Contoh: tutorial terprogram, yakni seperangkat tayangan yang lebih dahulu diprogramkan serta computer assisted instruction, yakni suatu system penyampaian materi pelajaran yang berbasis mikroprosesor yang pelajarannya dirancang dan diprogram ke dalam sistem tersebut, dan lain-lain.
5.        Evaluasi
Evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah proses untuk mengetahui, memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:[9]
a.       Evaluasi formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan satuan program pembelajaran (kompetensi dasar) pada mata pelajaran tertentu.
  1. Evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya.
  2. Evaluasi penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi atau kemampuan yang dimiliki peserta didik.
  3. Evaluasi diagnostik,  adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan latar belakang (psikologi, fisik, lingkungan) dari murid/ siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesuliatan–kesuliatan tersebut. Evaluasi jenis ini erat hubungannya dengan kegiatan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
Pembelajaran dan bimbingan guru dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan. HM. Chatib Thaha, mendefinisikan pendekatan adalah cara pemrosesan subjek atas objek untuk mencapai tujuan. Pendekatan juga bisa berarti cara pandang terhadap sebuah objek persoalan, di mana cara pandang itu adalah cara pandang dalam konteks yang lebih luas.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan pendidik untuk kegiatan pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam : [10]
a.    Pendekatan Pengalaman
Pendekatan ini merupakan pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan baik secara individual maupun kelompok.
b. Pendekatan Pembiasaan
 Pendekatan ini dimaksudkan agar seseorang memiliki kebiasaan berbuat hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam.
c. Pendekatan Emosional
Emosi merupakan gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Emosi tersebut berhubungan dengan masalah perasaan. Karena itu,  pendekatan emosional merupakan usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
d.     Pendekatan Rasional
Pendekatan rasional merupakan suatu pendekatan yang mempergunakan rasio ( akal ) dalam memahami dan menerima suatu ajaran agama. Dengan mempergunakan akalnya seseorang bisa membedakan mana yang baik, atau mana yang tidak baik. Pembelajaran dengan melalui metode tanya jawab atau kerja kelompok, misalnya seorang guru bisa melakukan pendekatan rasional dengan memberikan peran akal dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran atau tuntunan agama.
e. Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini merupakan upaya memberikan materi pembelajaran dengan menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dan bimbingan untuk melakukan shalat misalnya,  diharapkan berguna bagi kehidupan seseorang, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan sosial. Melalui pendekatan fungsional ini berarti peserta didik dapat memanfaatkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.
Metode yang dapat digunakan dalam pendekatan ini antara lain metode latihan, demonstrasi, dan pemberian tugas.
f.  Pendekatan Keteladanan
Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan atau memberikan contoh yang baik. Guru yang senantiasa bersikap baik kepada setiap orang misalnya, secara langsung memberikan keteladanan bagi anak didiknya. Keteladanan pendidik terhadap anak didiknya merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru akan menjadi tokoh identifikasi dalam pandangan anak yang akan dijadikannya sebagai teladan dalam mengidentifikasikan diri dalam kehidupannya.
g   Pendekatan Terpadu
Ialah pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan memadukan secara serentak beberapa pendekatan. Pendekatan terpadu dalam PAI meliputi : a). keimanan memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk sejagat ini; b). Pengalaman, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktikan dan merasakan hasil-hasil pengamatan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan; c). pembiasaan, membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan; d). rasional, usaha memberikan usaha pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam materi pokok serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi; e). emosional, upaya menggugah perasaan peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa; f). fungsional, menyajikan semua bentuk materi pokok (Al-Qur’an, Aqidah, Syariah Ahlak, dan Tarikh), dan segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas; dan g). keteladanan, menjadikan fitur guru agama dan non agama serta petugas sekolah lainnya maupun orang tua peserta didik, sebagai cermin kepribadian manusia agama.

2.5 Kedudukan Metodologi Pembelajaran
Salah satu usaha yang tidak pernah ditinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan belajar mengajar.
Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode yaitu:
a.       Metode sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah petingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman A.M adalah motif – motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
b.      Metode sebagai Strategi Pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam – macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
c.       Metode sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan
Tujuan adalah suatu cita – cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana keegiatan belajar mengajar akan dibawa. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia – sialah tujuan tersebut.
2.5 Manfaat Metodologi Pembelajaran PAI
Metode-metode pembelajaran PAI memiliki manfaat bagi pendidik dan peserta didik, baik dalam proses belajar dan pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, bahkan untuk hari esok. Sehubungan dengan itu, Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Saibany mengatakan bahwa kegunaan metodologi pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
a.       Menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, terutama berpikir ilmiah dan sikap dalam satu kesatuan.
b.      Membiasakan pelajar berpikir sehat, rajin, sabar, dan teliti dalam menuntut ilmu.
c.       Memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
d.      Menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif, komunikatif, sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik.
                  Dengan demikian, keberadaan metodologi pembelajaran menunjukkan pentingnya metode dalam sistem pengajaran. Tujuan dan materi yang baik tanpa didukung dengan metode penyampaian yang baik dapat menghasilkan yang tidak baik. Atas dasar itu, pendidikan agama Islam sangat memperhatikan terhadap masalah metodologi pembelajaran ini. [11]

2.6 Kegunaan Metode Pendidikan Agama Islam
Tentang fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dari dua pendekatan ini segera dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi mengantarkan suatu tujuan kepada objek sasaran dengan cara yang sesuai dengan perkembangan objek tersebut.
Dalam Al-Qur'an metode dikenal sebagai sarana yang menyampaikan seseorang kepada tujuan penciptaan-Nya sebagai khalifah di muka bumi dengan melaksanakan pendekatan dimana manusia ditempatkan sebagai makhluk yang memiliki potensi rohaniah dan jasmaniah yang keduanya dapat digunakan sebagai saluran penyampaian materi pelajaran. Karenanya terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pengajaran dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan, dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan.
Pada kenyataannya, metode merupakan sesuatu yang sangat penting dalam terciptanya sebuah pendidikan yang ideal. Dengan metode-metode seorang pendidik akan bisa menyampaikan ilmunya kepada peserta didik. Tetapi jika pendidik tidak memiliki metode dalam penyampaian materi pendidikan, maka peserta didik akan kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Metode bisa dikatakan adalah sebagai jembatan yang menghubungkan pendidik dengan anak didik kepada tujuan pendidikan, yaitu terbentuknya kepribadian. Bila dikaitkan dengan Islam kepribadian ini lebih mengarah pada kepribadian muslim, yang mencerminkan nilai-nilai keIslaman.
            Dengan demikian, jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan. Dengan metode seorang pendidik akan lebih mudah dalam memberikan materi dan peserta didik akan mudah dalam memahami apa yang disampaikan oleh pendidik.









DAFTAR PUSTAKA
Arief,  Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metode Pendidikan Islam. Ciputat Pers.
Harto, Kasinyo dan Abdurrahmansyah. 2009. Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning. Palembang: Grafika Telindo Press.
Rahman, Nazarudin. 2014. Menjadi Guru Profesional; Pasca Sertifikasi. Yogyakarta: Pustaka Felicha.
Ramayulis. 2002.  Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Kalam Mulia.
Tafsir, Ahmad. 2000. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yanti, Clara R. Pudjiyog. 1985. Konsep Diri dalam Belajar Mengajar. Jakarta: Arcan.
http://metodologipembelajaran.blogspot.com. Diakses tanggal 17 Maret 2014.
http://agusagif.blogspot.com. Diakses tanggal 17 Maret 2014




       [1]  Clara R. Pudjiyog Yanti,  Konsep Diri dalam Belajar Mengajar, (Jakarta: Arcan, 1985),  hlm. 2
       [2] Kasinyo Harto dan Abdurrahmansyah,  Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning, (Palembang: Grafika Telindo Press,2009), hlm. 49
       [3] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.9
       [4] Nazarudin Rahman, Menjadi Guru Profesional; Pasca Sertifikasi, (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2014), hlm. 176
      [5] Kasinyo Harto, Opcit., hlm. 49
         [6]  http://metodologipembelajaran.blogspot.com/
       [7] Kasinyo Harto dan Abdurrahmansyah,  Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning, (Palembang: Grafika Telindo Press,2009), hlm. 50-53
       [8] Armai Arief,  Pengantar Ilmu dan Metode Pendidikan Islam, (Ciputat Pers, 2002), hlm. 89
        [9] Ramayulis,  Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002),  hlm. 227-228
        [10] Ramayulis , Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2005), hlm.129
       [11] http://agusagif.blogspot.com