PENDEKATAN INTERDISIPLINER
Disusun oleh:
Ahmad Amhari (12210015)
Dosen
pembimbing:
Syar Nubi, S.Pdi
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH dan KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN FATAH
PALEMBANG
2014
PENDAHULUAN
Sejak kedatangan islam pada abad
ke-13 M hingga saat ini, fenomena pemahaman keislaman umat islam indonesia
masih ditandai oleh keadaan amat variatif. Sejalan dengan pembidangan ilmu
dalam studi islam, pendekatan studi islam pun mengalami perkembangan, sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini, pemakalah akan
menjelaskan tentang Studi Islam Interdisipliner.
RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian Pendekatan Interdisipliner
dalam Studi Islam
B. Beberapa Pendekatan Interdisipliner
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Islam
Pendekatan adalah cara pandang atau
paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan
dalam memahami agama. Dalam hal ini adalah agama Islam. Islam dapat dilihat
dalam beberapa aspek yang sesuai dengan paradigmanya.[1]
Menurut kamus besar nahasa Indonesia interdisipliner adalah antardisiplin
atau bidang studi.[2]
Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi
intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun
yang tidak, melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan
melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.[3]
Pendekatan
Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan
menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau
tepat guna secara terpadu.[4]
Pendekatan interdisliner yang
dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut
pandang. Dalam studi misalnya menggunakan pendektan sosiologis, historis dan
normatif secara bersamaan. Pentingnya penggunaan pendekatan ini semakin
disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu
pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan
sunnah Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus
dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih
perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik misalnya.
Jadi menurut kami pendekatan
interdisipliner adalah cara pandang dalam mengkaji suatu masalah dengan
menggunakan berbagai sudut pandang atau sejumlah pendekatan. Artinya dalam
memecahkan suatu masalah tidak hanya menggunakan satu pendekatan saja
akantetapi menggunakan berbagai pendekatan agar hasilnya sempurna.
Dari kupasan diatas melahirkan
beberapa catatan. Pertama, perkembangan pembidangan studi islam dan
pendekatannya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Kedua,
adanya penekanan terhadap bidang dan pendekatan tetentu dimaksudkan agar mampu memahami
ajaran islam lebih lengkap (komprehensif) sesuai dengan kebutuhan tuntutan yag
semakin lengkap dan komplek. Ketiga, perkembangan tersebut adalah satu hal yang
wajar dan seharusnya memang terjadi, kalau tidak menjadi pertanda agama semakin
tidak mendapat perhatian.[5]
Contoh dalam penggunaan pendekatan
interdispiner adalah dalam menjawab status hukum aborsi. Untuk melihat status
hukum aborsi perlu dilacak nash Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Tentang larangan
pembunuhan anak dan proses atau tahap penciptaan manusia dihubungkan dengan
teori embriologi.
Pendekatan
Multidisipliner adalah pendekatan dalam
pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tiga atau lebih sudut pandang ilmu
yang relevan. contohnya dalam pemecahan masalah ekonomi dengan menggunakan
ilmuilmu lainnya yang relevan.[6]
1.
Dari sudut ilmu ekonomi, Ilmu
ekonomi adalah suatu studi tentang bagaimana langkahnya sumber-sumber
dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak
terbatas. banyaknya “kemiskinan” khususnya di Negara kita Indonesia, yang
sulit untuk dipecahkan, karena kemiskinan itu semakin berkembangnya Negara
semakin banyak kemiskinan. Dan juga di Indonesia semakin banyak penduduk dan
semakin banyak tingkat kelahiran di setiap tahunnya,sehingga terjadi kepadatan penduduk
di Indonesia, masalahnya semakin banyak warga Negara Indonesia semakin
berkurang sumber daya Alamnya sehingga menjadi tidak seimbang,antara kebutuhan
dan manusiannya.
2.
Dari sudut ilmu psikologi, Ilmu
psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku-perilaku manusia. Contohnya
seperti di karawang secara psikologis apabila sudah panen beras, maka dalam
penggunaan uangnya secara boros, menghambur-hamburkan uang, tidak sesuai dengan
keperluan, itupun menjadi salah satu faktor ekonomi yang dapat menimbulkan
kemiskinan, cara memecahkan masalahnya yaitu dengan Rasional, Hemat, jangan
boros, mengguanakan uang seperlunya.
3.
Dari sudut ILmu politik, Ilmu
politik adalah cara untuk mencari dan mempertahankan kekuasaannya, dalam
permasalahan ekonominya, pemerintah tidak jarang membangun kantor baru,
membangun bangunan yang tidak begitu di perlukan dalam artian maka pemerintah
telah berlaku tidak rasional, menghambur-hamburkan uang rakyat, sehingga itulah
salah satu faktor dari ilmu politik yang dapat menimbulkan masalah kemiskinan,
solusinya yaitu dengan merubah perilaku pemerintah yang tadinya berlaku
konsumtif menjadi rasional/hemat.
4.
Dari sudut Ilmu sosiologi, Ilmu
sosiologi adalah mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok yang
dapat dilihat dari bagaimana cara berinteraksi. Masalah ekonominya seperti
dalam pendidikan, tidak sedikit orang yang memprioritaskan pendidikan,
khususnya bagi masyarakat awam, yang lebih mementingkan bekerja di bandingkan
belajar samapi tingkat tinggi, karena salah satu faktornya yaitu tidak mampub
dalam hal financial, cara pemecahannya yaitu seharusnya lebih mengutamakan
pendidikan untuk masa depan. Tetapi apabila ingin menyeimbangkan antara bekerja
dengan belajar,boleh untuk bekerja dahulu untuk membiayai pendidikannya,lalu
memprioritaskan pendidikannya.
Jadi dapat kami
simpulkan bahwa pendekatan multidisipliner ini adalah cara menghadapi suatu
masalah melalui 3/lebih pendekatan atau sudut pandang ilmu yang relevan/ sesuai
dengan masalah yang di hadapi. Kemudian dari kedua pendekatan diatas dapat kami
pahami bahwa keduanya dalam mengkaji suatu masalah tidak hanya menekankan pada
satu sudut pandang ilmu saja tetapi keduanya menggunakan dua atau tiga bahkan
lebih dari tiga dalam menghadapi suatu permasalahan.
B.
Beberapa Pendekatan Interdisipliner
1.
Pendekatan Filsafat
Filsafat berasal dari kata philo yang
berarti cinta dan kata shopos yang berarti cinta dan kata shopos yang
beraati ilmu atau hikmah secara etimologi filsafat berarti cinta terhadap ilmu
atau hikmah. Menurut istilah (terminologi) filsafat islam adalah cinta
terhadap hikmah dan berusaha mendapatkan falsafah dan menciptakan sikap positif
terhadap falsafah islam.[7]
Contoh pendekatan filsafat agama
islam, ajaran agama islam mengajarkan agar shalat berjamaah. Tujuan antara lain
agar seseorang merasakan hidup berdampingan dengan oranglain. Dengan
mengajarkan puasa misalkan agar seorang dapat merasakan lapar yang selanjutnya
menimbulkan rasa iba kepada sesamanya yang hidup serba kekurangan. Dengan
menggunakan pendekatan filosofis ini seseorang akan dapat memberikan makna
terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan dapat pula mendapat hikmah dan ajarang
yang terkandung didalamnya. Dengan demikian ketika seoarang mengerjakan suatu
amal ibadah tidak akan merasa kekeringan dan kebosanan. Semakin mampu mengenali
makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula sikap,
penghayatan,dan daya spiritual yang dimiliki seseorang.[8]
Istilah filsafat dapat ditinjau dari
dua segi berikut:
a. Segi semantik; filsafat berasal dari
bahasa arab yaitu falsafah. Dari bahasa Yunani yaitu philosophia yaitu
pengetahuan hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta pengetahuan,
kebijaksanaan, dan kebenaran. Maksudnya adalah orang menjadikan pengetahuan
sebagai tujuan hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
b. Segi praktis; filsafat yaitu alam
pikiran artinya berfilsafat itu berpikir. Orang yang berpikir tentang filsafat
disebut filosof. Yaitu orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh di dalam tugasnya filsafat merupakan hasil akal manusia yang
mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi filsafat
adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala
sesuatu.
Ruang lingkup filsafat
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu
yang terdiri dari gabungan ilmu-ilmu khusus[9].
Dalam perkembangan ilmu-ilmu khusus satu demi satu memisahkan diri dari
induknya yakni filsafat. Ruang lingkup filsafat berdasarkan struktur
pengetahuan yang berkembang dapat dibagi menjadi tiga bidang,sebagai berikut,
1. Filsafat sistematis terdiri dari:
a. Metafisika:
filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat
transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.
b. Logika:
filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
c. Etika:
filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
d. Estetika:
filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
e. Epistomologi:
filsafat tentang ilmu pengetahuan.
2. Filsafat khusus terdiri dari:
a. Filasafat seni
b. Filsafat kebudayaan
c. Filsafat pendidikan
d. Filsafat bahasa
e. Filsafat sejarah
f. Filsafat budi pekerti
g. Filsafat politik
h. Filsafat agama
i.
Filsafat kehidupan
j.
Filsafat nilai
3. Filsafst keilmuan terdiri dari:
a. Filsafat psikologi
b. Filsafat ilmu-ilmu sosial.
Dalam studi filsafat untuk memahami
secara baik paling tidak kita harus mempelajari lima bidang politik, yaitu:
a. Metafisika
b. Epistimologi
c. Logika
d. Etika
e. Sejarah filsafat.
2.
Pendekatan Sosiologi
a. Pengertian Pendidikan dengan
pendekatan sosiologi
Sosiologi adalah ilmu tentang
kemasyarakatan, ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan
masyarakat. Sosiologi didefinisikan secara luas sebagai bidang
penelitian yang tujuannya meningkatkan pengetahuan melalui pengamatan dasar
manusia,dan pola organisasi serta hukumnya. Sosiologi dapat juga diartikan
sebagai suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan
struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan.
Selanjutnya sosiologi digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam studi islam
yang mencoba untuk memahami islam dari aspek sosial yang berkembang
dimasyarakat, sehingga pendidikan dengan pendekatan sosiologis dapat diartikan
sebagai sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep
pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapinya. Pendidikan
menurut pendekatan sosiologi ini dipandang sebagai salah satu konstruksi sosial
atau diciptakan oleh interaksi sosial. Pendekatan sosiologi dalam praktiknya,
bukan saja digunakan dalam memahami masalah-masalah pendidikan, melainkan juga
dalam memahami bidang lainnya, seperti agama sehingga munculah studi tentang
sosiologi agama.[10]
Melalui pendekatan sosiologis, Islam dapat dipahami dengan mudah karena ia diturunkanuntuk kepentingan sosial. Dalam
al-Qur’an misalnya, kita jumpai ayat-ayat berkenaan denganhubungan manusia
lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan kesengsaraan. Semua itu jelas baru
dapat dijelaskan apabila yang memahaminya mengetahui sejarah sosial pada saat
ajaranagama itu diturunkan.[11]
b. Agama dalam pendekatan sosiologi
Salah satu ciri utama pendekatan
ilmu -ilmu sosial adalah pemberian definisi yang tepat tentang wilayah telaah
mereka. Adams berpendapat bahwa studi sejarah bukanlah ilmu sosial,sebagaimana
sosiologi.Perbedaan mendasar terletak bahwa sosiologi membatasi secara pasti
bagian dari aktivitas manusia yang dijadikan fokus studi dan kemudian mencari
metode khusus yang sesuai dengan objek tersebut,sedangkan sejarahwan memiliki
tujuan lebih luas lagi dan menggunakan metode yang berlainan. Dengan
menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial, maka agama akan dijelaskan dengan
beberapa teori, misalnya agama merupakan perluasan dari nilai-nilai sosial,
agama adalah mekanisme integrasi sosial, agama itu berhubungan dengan sesuatu
yang tidak diketahui dan tidak terkontrol dan masih banyak lagi teori
lainnya.Pada intinya pendekatan ilmu- ilmu sosial menjelaskan aspek empiris
orang beragama sebagai pengaruh dari norma sosial. Tampak jelas bahwa
pendekatan ilmu-ilmu sosial memberikan penjelasan mengenai fenomena agama.
c. Agama dalam pendekatan
fungsional-sosiologi
Teori fungsional memandang agama
dalam kaitan dengan aspek pengalaman yang mentransendensikan sejumlah peristiwa
eksistensi sehari hari, yakni melibatkan kepercayaan dan tanggapan terhadap
sesuatu yang berada diluar jangkauan manusia. Oleh karena itu secara sosiologis
agama menjadi penting dalam kehidupan manusia dimana pengetahuan dan keahlian
tidak berhasil memberikan sarana adaptasi atau mekanisme penyesuaian yang
dibutuhkan. Dari sudut pandangan teori fungsional, agama menjadi atau penting
sehubungan dengan unsur-unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari
ketidakpastian, ketidakberdayaan dan kelangkaan yang memang merupakan
karakteristik fundamental kondisi manusia. Dalam hal ini fungsi agama adalah
menyediakan dua hal yaitu :
1) Suatu cakrawala pandang tentang
dunia luar yang tidak terjangkau oleh manusia.
2) Sarana ritual yang memungkinkan
hubungan manusia dengan hal diluar jangkauanya.yang memberikan jaminan dan
keselamatan bagi manusia mempertahankan moralnya.
Dari sini kita dapat menyebutkan
fungsi agama, antara lain:
1. Agama mendasarkan perhatiannya pada
sesuatu yang diluar jangkauan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan,
dan terhadap manusia memberikan tanggapanserta menghubungkan dirinya
menyadiakan bagi pemeluknya suatu dukungan dan pelipur lara.
2. Agama manawarkan hubungan
transendetal melalui pemujaan pada upacara ibadat.
3. Agama mensucikan norma-norma dan
nilai masyarakat yang telah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok
diatas keinginan individu dan disiplin kelompok diatas dorongan individu.
4. Agama melakukan fungsi-fungsi
identitas yang penting.
5. Agama bersangkut paut pula dengan
pertumbuhan dan kedewasaan individu dan perjalanan hidup melalui tingkat usia
yang ditentukan oleh masyarakat.
Jadi menurut teori fungsional, agama
mengidentifikasikan individu dengan kelompok, menolong individu dalam
ketidakpastian, menghibur ketika dilanda kecewa, mengaitkannya dengan
tujuan-tujuan masyarakat, memperkuat moral, dan menyediakan unsur-unsur
identitas.
Seperti halnya teori sosiologi
tentang agama, teori fungsional juga berusaha membangun sikap bebas nilai.
Teori ini tidak menilai kebenaran tertinggi atau kepalsuan kepercayaan
beragama. Sebagaimana semua sosiologi, teori ini juga menggunakan apa yang disebut
pendekatan “naturalistis”pada agama.Sebagai ilmu sosial,sosiologi berusaha
memahami perilaku diri sebab akibat yang alamiah. Ini bukan merupakan posisi
ideologi yang anti agama, sebab jika penyebab itu diluar alam, bila mereka
bertindak terhadap manusia harus juga melalui manusia dan hakikat manusia.
Salah satu sumbangan yang paling
berharga dari teori fungsional ialah ia telah mengarahkan perhatian kita pada
karakteristik agama yang menawarkan sudut pandang lain darimana kita memulai
studi sosiologis terhadap agama dari sudut perspektif yang saling melengkapi.
Teori fungsional menitik beratkan arti penting”titik kritis”, dimana fikiran
dan tindakan sehari hari ditransendensikan dalam pengalaman manusia.[12]
3.
Pendekatan Sejarah
a. Pengertian pendekatan sejarah
Dalam bahasa Arab, kata sejarah
disebut tarikh yang secara harfiah berarti ketentuan waktu, dan secara istilah
berarti keterangan yang telah terjadi pada masa lampau/masa yang masih ada.
Dalam bahasa Inggris, kata sejarah merupakan terjemahan dari kata history yang
secara harfiah diartikan the past experience of mankind, yakni pengalaman umat
manusia di masa lampau.[13]
Jadi sejarah adalah ilmu yang membahas
berbagai masalah yang terjadi di masa lampau, baik yang berkaitan dengan
masalah sosial, politik ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, kebudayaan, agama
dan sebagainya.
Melalui pendekatan sejarah ini, ilmu
pendidikan Islam akan memiliki landasan sejarah yang kuat sehingga terjadi
hubungan dan mata rantai yang jelas antara pendidikan yang dilaksanakan
sekarang dengan pendidikan yang pernah ada di masa lalu. Bangunan ilmu
pendidikan Islam yang didasarkan pada pendekatan sejarah akan memiliki landasan
yang lebih realistis dan empiris, karena bertolak dari praktik pendidikan yang
benar-benar telah terjadi. Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan sejarah
merupakan sebuah bentuk apresiasi atas berbagai peristiwa masa lalu untuk
digunakan sebagai bahan renungan dan pelajaran bagi pengembangan ilmu
pendidikan Islam di masa lalu.[14]
b. Studi Islam dengan Pendekatan
Sejarah
Melalui pendekatan sejarah ditemukan
informasi sebagai berikut:
1) Sejak kedatangan Islam, umat Islam
tergerak hati, pikiran dan perasaannya untuk memberikan perhatiannya yang besar
terhadap penyelenggaraan pendidikan.
2) Model lembaga pendidikan Islam yang
diadakan oleh umat Islam adalah model lembaga pendidikan informal, non formal
dan formal.
3) Lembaga pendidikan yang dibangun
umat Islam bersifat dinamis, kreatif, inovatif, fleksibel dan terbuka untuk
dilakukan perubahan dari waktu ke waktu.
4) Melalui pendekatan sejarah,
diketahui bahwa di kalangan umat Islam telah terdapat sejumlah ulama yang
memiliki perhatian untuk berkiprah dalam bidang pendidikan
5) Melalui pendekatan sejarah, dapat
diketahui tentang kehidupan para guru dan pelajar.
6) Melalui pendekatan sejarah, dapat
diketahui tentang adanya sistem pengaturan atau manajemen pendidikan, pendanaan
atau pembiayaan pendidikan, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang
canggih.
7) Melalui pendekatan sejarah, dapat
diketahui tentang adanya kurikulum yang diterapkan di berbagai lembaga
pendidikan yang disesuaikan dengan visi, misi, tujuan dan ideologi keagamaan
yang dimiliki oleh tokoh pendiri atau masyarakat yang menyelenggarakan kegiatan
pendidikan tersebut.
Pendekatan sejarah dalam mempelajari
Islam merupakan profil campuran, yakni sebagian dari praktik tersebut ada yang
dipengaruhi oleh sejarah dan ada pula yang dipengaruhi oleh adat istiadat dan
kebudayaan setempat. Praktik pendidikan dalam sejarah tidak selamanya
mencerminkan apa yang dikehendaki ajaran Al-Qur'an dan al-sunnah.
Informasi yang terdapat dalam
sejarah bukanlah dogma atau ajaran yang harus diikuti, melainkan sebuah
informasi yang harus dijadikan bahan kajian dan renungan, memilah dan memilih
bagian yang sesuai dan relevan untuk digunakan.[15]
KESIMPULAN
Pendekatan adalah cara pandang atau
paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan
dalam memahami agama. Dalam hal ini adalah agama Islam. Islam dapat dilihat
dalam beberapa aspek yang sesuai dengan paradigmanya.
Jadi menurut kami pendekatan
interdisipliner adalah cara pandang dalam mengkaji suatu masalah dengan
menggunakan berbagai sudut pandang atau sejumlah pendekatan. Artinya dalam
memecahkan suatu masalah tidak hanya menggunakan satu pendekatan saja
akantetapi menggunakan berbagai pendekatan agar hasilnya sempurna.
Beberapa pendekatan interdisipliner
diantaranya:
1. Pendekatan sosiologi merupakan
sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi yaitu ilmu yang mempelajari segala
sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat untuk menjelaskan konsep pendidikan
dan memecahkan berbagai problema yang dihadapi.
2. Pendekatan sejarah dalam mempelajari
islam merupakan profil campuran, yakni sebagian dari praktek tersebut ada yag
dipengaruhi oleh sejarah dan ada juga yang dipengaruhi oeh adat istiadat dan
kebudayaan seteempat. Praktik pendidikan dalam sejarah tidak selamanya
mencerminkan apa yang dikehendaki ajaran Al-Qur’an dan As-sunnah.
Informasi yang terdapat dalam
sejarah bukanlah dogma atau ajaran yang harus diikuti, melainkan ebuah
informasi yang harus dijaidikan bahan kajian dan renungan, memilah dan
memilihbagian yang sesuai dan relevan unuk digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. Studi Islam Kontemporer.
Jakarta: Amzah, 2006.
Nasution, Dr. H. Khoiruddin. Pengantar Studi Islam.
Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA. 2009.
Nasution, Harun. Falsafah dan Mistisme dalam Islam. Cet.9,
Jakarta: Bulan Bintang, 1995.
Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan
Multidisipliner, Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi,
Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum, Jakarta:
Rajawali Press. 2009.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, cet. X
, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006.
O’dea, Thomas F. sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal. Jakarta:
Rajawali Press. 1992.
http://kbbi.web.id/interdisipliner (diakses/26/05/2014)
http://iperpin.wordpress.com/interdisiplin/ (diakses/26/05/2014)
http://ajatcoolsudrajat.blogspot.com/2012/05/pendekatan-multidisipliner-dan.html (diakses/26/05/2014)
http://liskaamelia.blogspot.com/2011/10/cara-memecahkan-masalah-ekonomi-melalui.html diakses (14/06/2014 / waktu 13:12)
[1] M. Yatimin Abdullah, Studi
Islam Kontemporer, (Jakarta: Amzah, 2006), hlm.58
[4]
http://ajatcoolsudrajat.blogspot.com/2012/05/pendekatan-multidisipliner-dan.html (diakses/26/05/2014)
[5] Prof. Dr. H. Khoiruddin
Nasution,MA, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA,
2009), hlm. 230-232
[10] Abuddin Nata, Ilmu
Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, Normatif Perenialis,
Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi, Informasi,
Kebudayaan, Politik, Hukum, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 203
[12] Thomas F O’dea, sosiologi
Agama Suatu Pengenalan Awal, Jakarta: Rajawali Press,1992, hlm. 25-27