Minggu, 15 Juni 2014

makalah iterdisipliner metodologi studi islam



PENDEKATAN INTERDISIPLINER

IAIN+Warna2.jpg

Disusun oleh:
Ahmad Amhari                       (12210015)

Dosen pembimbing:
Syar Nubi, S.Pdi



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH dan KEGURUAN
 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2014






PENDAHULUAN
Sejak kedatangan islam pada abad ke-13 M hingga saat ini, fenomena pemahaman keislaman umat islam indonesia masih ditandai oleh keadaan amat variatif. Sejalan dengan pembidangan ilmu dalam studi islam, pendekatan studi islam pun mengalami perkembangan, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini, pemakalah akan menjelaskan tentang Studi Islam Interdisipliner.


RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Islam
B. Beberapa Pendekatan Interdisipliner


PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Islam
Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hal ini adalah agama Islam. Islam dapat dilihat dalam beberapa aspek yang sesuai dengan paradigmanya.[1]
Menurut kamus besar nahasa Indonesia interdisipliner adalah antardisiplin atau bidang studi.[2] Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.[3]
Pendekatan Interdisipliner  adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu.[4]
Pendekatan interdisliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang. Dalam studi misalnya menggunakan pendektan sosiologis, historis dan normatif secara bersamaan. Pentingnya penggunaan pendekatan ini semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan sunnah Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik misalnya.
Jadi menurut kami pendekatan interdisipliner adalah cara pandang dalam mengkaji suatu masalah dengan menggunakan berbagai sudut pandang atau sejumlah pendekatan. Artinya dalam memecahkan suatu masalah tidak hanya menggunakan satu pendekatan saja akantetapi menggunakan berbagai pendekatan agar hasilnya sempurna.
Dari kupasan diatas melahirkan beberapa catatan. Pertama, perkembangan pembidangan studi islam dan pendekatannya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Kedua, adanya penekanan terhadap bidang dan pendekatan tetentu dimaksudkan agar mampu memahami ajaran islam lebih lengkap (komprehensif) sesuai dengan kebutuhan tuntutan yag semakin lengkap dan komplek. Ketiga, perkembangan tersebut adalah satu hal yang wajar dan seharusnya memang terjadi, kalau tidak menjadi pertanda agama semakin tidak mendapat perhatian.[5]
Contoh dalam penggunaan pendekatan interdispiner adalah dalam menjawab status hukum aborsi. Untuk melihat status hukum aborsi perlu dilacak nash Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Tentang larangan pembunuhan anak dan proses atau tahap penciptaan manusia dihubungkan dengan teori embriologi.
Pendekatan Multidisipliner  adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tiga atau lebih sudut pandang ilmu yang relevan. contohnya dalam pemecahan masalah ekonomi dengan menggunakan ilmuilmu lainnya yang relevan.[6]
1.      Dari sudut ilmu ekonomi, Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang bagaimana langkahnya sumber-sumber dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak terbatas.  banyaknya “kemiskinan” khususnya di Negara kita Indonesia, yang sulit untuk dipecahkan, karena kemiskinan itu semakin berkembangnya Negara semakin banyak kemiskinan. Dan juga di Indonesia semakin banyak penduduk dan semakin banyak tingkat kelahiran di setiap tahunnya,sehingga terjadi kepadatan penduduk di Indonesia, masalahnya semakin banyak warga Negara Indonesia semakin berkurang sumber daya Alamnya sehingga menjadi tidak seimbang,antara kebutuhan dan manusiannya.
2.      Dari sudut ilmu psikologi, Ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku-perilaku manusia. Contohnya seperti di karawang secara psikologis apabila sudah panen beras, maka dalam penggunaan uangnya secara boros, menghambur-hamburkan uang, tidak sesuai dengan keperluan, itupun menjadi salah satu faktor ekonomi yang dapat menimbulkan kemiskinan, cara memecahkan masalahnya yaitu dengan Rasional, Hemat, jangan boros, mengguanakan uang seperlunya.
3.      Dari sudut ILmu politik, Ilmu politik adalah cara untuk mencari dan mempertahankan kekuasaannya, dalam permasalahan ekonominya, pemerintah tidak  jarang membangun kantor baru, membangun bangunan yang tidak begitu di perlukan dalam artian maka pemerintah telah berlaku tidak rasional, menghambur-hamburkan uang rakyat, sehingga itulah salah satu faktor dari ilmu politik yang dapat menimbulkan masalah kemiskinan, solusinya yaitu dengan merubah perilaku pemerintah yang tadinya berlaku konsumtif menjadi rasional/hemat.
4.      Dari sudut Ilmu sosiologi, Ilmu sosiologi adalah mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok yang dapat dilihat dari bagaimana cara berinteraksi. Masalah ekonominya seperti dalam pendidikan, tidak sedikit orang yang memprioritaskan pendidikan, khususnya bagi masyarakat awam, yang lebih mementingkan bekerja di bandingkan belajar samapi tingkat tinggi, karena salah satu faktornya yaitu tidak mampub dalam hal financial, cara pemecahannya yaitu seharusnya lebih mengutamakan pendidikan untuk masa depan. Tetapi apabila ingin menyeimbangkan antara bekerja dengan belajar,boleh untuk bekerja dahulu untuk membiayai pendidikannya,lalu memprioritaskan pendidikannya.
Jadi dapat kami simpulkan bahwa pendekatan multidisipliner ini adalah cara menghadapi suatu masalah melalui 3/lebih pendekatan atau sudut pandang ilmu yang relevan/ sesuai dengan masalah yang di hadapi. Kemudian dari kedua pendekatan diatas dapat kami pahami bahwa keduanya dalam mengkaji suatu masalah tidak hanya menekankan pada satu sudut pandang ilmu saja tetapi keduanya menggunakan dua atau tiga bahkan lebih dari tiga dalam menghadapi suatu permasalahan.

B.     Beberapa Pendekatan Interdisipliner
1.      Pendekatan Filsafat
Filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta dan kata shopos yang berarti cinta dan kata shopos yang beraati ilmu atau hikmah secara etimologi filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Menurut istilah (terminologi) filsafat islam adalah cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkan falsafah dan menciptakan sikap positif terhadap falsafah islam.[7]
Contoh pendekatan filsafat agama islam, ajaran agama islam mengajarkan agar shalat berjamaah. Tujuan antara lain agar seseorang merasakan hidup berdampingan dengan oranglain. Dengan mengajarkan puasa misalkan agar seorang dapat merasakan lapar yang selanjutnya menimbulkan rasa iba kepada sesamanya yang hidup serba kekurangan. Dengan menggunakan pendekatan filosofis ini seseorang akan dapat memberikan makna terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan dapat pula mendapat hikmah dan ajarang yang terkandung didalamnya. Dengan demikian ketika seoarang mengerjakan suatu amal ibadah tidak akan merasa kekeringan dan kebosanan. Semakin mampu mengenali makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula sikap, penghayatan,dan daya spiritual yang dimiliki seseorang.[8]
Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi berikut:
a.       Segi semantik; filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah. Dari bahasa Yunani yaitu philosophia yaitu pengetahuan hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Maksudnya adalah orang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
b.      Segi praktis; filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berpikir. Orang yang berpikir tentang filsafat disebut filosof. Yaitu orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh di dalam tugasnya filsafat merupakan hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Ruang lingkup filsafat
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang terdiri dari gabungan ilmu-ilmu khusus[9]. Dalam perkembangan ilmu-ilmu khusus satu demi satu memisahkan diri dari induknya yakni filsafat. Ruang lingkup filsafat berdasarkan struktur pengetahuan yang berkembang dapat dibagi menjadi tiga bidang,sebagai berikut,
1.      Filsafat sistematis terdiri dari:
a.       Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.
b.      Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
c.       Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
d.      Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
e.       Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.
2.      Filsafat khusus terdiri dari:
a.       Filasafat seni
b.      Filsafat kebudayaan
c.       Filsafat pendidikan
d.      Filsafat bahasa
e.       Filsafat sejarah
f.       Filsafat budi pekerti
g.      Filsafat politik
h.      Filsafat agama
i.        Filsafat kehidupan
j.        Filsafat nilai
3.      Filsafst keilmuan terdiri dari:
a.       Filsafat psikologi
b.      Filsafat ilmu-ilmu sosial.
Dalam studi filsafat untuk memahami secara baik paling tidak kita harus mempelajari lima bidang politik, yaitu:
a.       Metafisika
b.      Epistimologi
c.       Logika
d.      Etika
e.       Sejarah filsafat.

2.      Pendekatan Sosiologi
a.       Pengertian Pendidikan dengan pendekatan sosiologi
Sosiologi adalah ilmu tentang kemasyarakatan, ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Sosiologi didefinisikan secara luas sebagai bidang penelitian yang tujuannya meningkatkan pengetahuan melalui pengamatan dasar manusia,dan pola organisasi serta hukumnya. Sosiologi dapat juga diartikan sebagai suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Selanjutnya sosiologi digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam studi islam yang mencoba untuk memahami islam dari aspek sosial yang berkembang dimasyarakat, sehingga pendidikan dengan pendekatan sosiologis dapat diartikan sebagai sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapinya. Pendidikan menurut pendekatan sosiologi ini dipandang sebagai salah satu konstruksi sosial atau diciptakan oleh interaksi sosial. Pendekatan sosiologi dalam praktiknya, bukan saja digunakan dalam memahami masalah-masalah pendidikan, melainkan juga dalam memahami bidang lainnya, seperti agama sehingga munculah studi tentang sosiologi agama.[10]
Melalui pendekatan sosiologis, Islam dapat dipahami dengan mudah karena ia diturunkanuntuk kepentingan sosial. Dalam al-Qur’an misalnya, kita jumpai ayat-ayat berkenaan denganhubungan manusia lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan kesengsaraan. Semua itu jelas baru dapat dijelaskan apabila yang memahaminya mengetahui sejarah sosial pada saat ajaranagama itu diturunkan.[11]
b.      Agama dalam pendekatan sosiologi
Salah satu ciri utama pendekatan ilmu -ilmu sosial adalah pemberian definisi yang tepat tentang wilayah telaah mereka. Adams berpendapat bahwa studi sejarah bukanlah ilmu sosial,sebagaimana sosiologi.Perbedaan mendasar terletak bahwa sosiologi membatasi secara pasti bagian dari aktivitas manusia yang dijadikan fokus studi dan kemudian mencari metode khusus yang sesuai dengan objek tersebut,sedangkan sejarahwan memiliki tujuan lebih luas lagi dan menggunakan metode yang berlainan. Dengan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial, maka agama akan dijelaskan dengan beberapa teori, misalnya agama merupakan perluasan dari nilai-nilai sosial, agama adalah mekanisme integrasi sosial, agama itu berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui dan tidak terkontrol dan masih banyak lagi teori lainnya.Pada intinya pendekatan ilmu- ilmu sosial menjelaskan aspek empiris orang beragama sebagai pengaruh dari norma sosial. Tampak jelas bahwa pendekatan ilmu-ilmu sosial memberikan penjelasan mengenai fenomena agama.
c.       Agama dalam pendekatan fungsional-sosiologi
Teori fungsional memandang agama dalam kaitan dengan aspek pengalaman yang mentransendensikan sejumlah peristiwa eksistensi sehari hari, yakni melibatkan kepercayaan dan tanggapan terhadap sesuatu yang berada diluar jangkauan manusia. Oleh karena itu secara sosiologis agama menjadi penting dalam kehidupan manusia dimana pengetahuan dan keahlian tidak berhasil memberikan sarana adaptasi atau mekanisme penyesuaian yang dibutuhkan. Dari sudut pandangan teori fungsional, agama menjadi atau penting sehubungan dengan unsur-unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari ketidakpastian, ketidakberdayaan dan kelangkaan yang memang merupakan karakteristik fundamental kondisi manusia. Dalam hal ini fungsi agama adalah menyediakan dua hal yaitu :
1)      Suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tidak terjangkau oleh manusia.
2)      Sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal diluar jangkauanya.yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia mempertahankan moralnya.
Dari sini kita dapat menyebutkan fungsi agama, antara lain:
1.      Agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang diluar jangkauan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan, dan terhadap manusia memberikan tanggapanserta menghubungkan dirinya menyadiakan bagi pemeluknya suatu dukungan dan pelipur lara.
2.      Agama manawarkan hubungan transendetal melalui pemujaan pada upacara ibadat.
3.      Agama mensucikan norma-norma dan nilai masyarakat yang telah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok diatas keinginan individu dan disiplin kelompok diatas dorongan individu.
4.      Agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting.
5.      Agama bersangkut paut pula dengan pertumbuhan dan kedewasaan individu dan perjalanan hidup melalui tingkat usia yang ditentukan oleh masyarakat.
Jadi menurut teori fungsional, agama mengidentifikasikan individu dengan kelompok, menolong individu dalam ketidakpastian, menghibur ketika dilanda kecewa, mengaitkannya dengan tujuan-tujuan masyarakat, memperkuat moral, dan menyediakan unsur-unsur identitas.
Seperti halnya teori sosiologi tentang agama, teori fungsional juga berusaha membangun sikap bebas nilai. Teori ini tidak menilai kebenaran tertinggi atau kepalsuan kepercayaan beragama. Sebagaimana semua sosiologi, teori ini juga menggunakan apa yang disebut pendekatan “naturalistis”pada agama.Sebagai ilmu sosial,sosiologi berusaha memahami perilaku diri sebab akibat yang alamiah. Ini bukan merupakan posisi ideologi yang anti agama, sebab jika penyebab itu diluar alam, bila mereka bertindak terhadap manusia harus juga melalui manusia dan hakikat manusia.
Salah satu sumbangan yang paling berharga dari teori fungsional ialah ia telah mengarahkan perhatian kita pada karakteristik agama yang menawarkan sudut pandang lain darimana kita memulai studi sosiologis terhadap agama dari sudut perspektif yang saling melengkapi. Teori fungsional menitik beratkan arti penting”titik kritis”, dimana fikiran dan tindakan sehari hari ditransendensikan dalam pengalaman manusia.[12]
3.      Pendekatan Sejarah
a.       Pengertian pendekatan sejarah
Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh yang secara harfiah berarti ketentuan waktu, dan secara istilah berarti keterangan yang telah terjadi pada masa lampau/masa yang masih ada. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah merupakan terjemahan dari kata history yang secara harfiah diartikan the past experience of mankind, yakni pengalaman umat manusia di masa lampau.[13]
Jadi sejarah adalah ilmu yang membahas berbagai masalah yang terjadi di masa lampau, baik yang berkaitan dengan masalah sosial, politik ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, kebudayaan, agama dan sebagainya.
Melalui pendekatan sejarah ini, ilmu pendidikan Islam akan memiliki landasan sejarah yang kuat sehingga terjadi hubungan dan mata rantai yang jelas antara pendidikan yang dilaksanakan sekarang dengan pendidikan yang pernah ada di masa lalu. Bangunan ilmu pendidikan Islam yang didasarkan pada pendekatan sejarah akan memiliki landasan yang lebih realistis dan empiris, karena bertolak dari praktik pendidikan yang benar-benar telah terjadi. Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan sejarah merupakan sebuah bentuk apresiasi atas berbagai peristiwa masa lalu untuk digunakan sebagai bahan renungan dan pelajaran bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam di masa lalu.[14]
b.      Studi Islam dengan Pendekatan Sejarah
Melalui pendekatan sejarah ditemukan informasi sebagai berikut:
1)      Sejak kedatangan Islam, umat Islam tergerak hati, pikiran dan perasaannya untuk memberikan perhatiannya yang besar terhadap penyelenggaraan pendidikan.
2)      Model lembaga pendidikan Islam yang diadakan oleh umat Islam adalah model lembaga pendidikan informal, non formal dan formal.
3)      Lembaga pendidikan yang dibangun umat Islam bersifat dinamis, kreatif, inovatif, fleksibel dan terbuka untuk dilakukan perubahan dari waktu ke waktu.
4)      Melalui pendekatan sejarah, diketahui bahwa di kalangan umat Islam telah terdapat sejumlah ulama yang memiliki perhatian untuk berkiprah dalam bidang pendidikan
5)      Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang kehidupan para guru dan pelajar.
6)      Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang adanya sistem pengaturan atau manajemen pendidikan, pendanaan atau pembiayaan pendidikan, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang canggih.
7)      Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang adanya kurikulum yang diterapkan di berbagai lembaga pendidikan yang disesuaikan dengan visi, misi, tujuan dan ideologi keagamaan yang dimiliki oleh tokoh pendiri atau masyarakat yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan tersebut.
Pendekatan sejarah dalam mempelajari Islam merupakan profil campuran, yakni sebagian dari praktik tersebut ada yang dipengaruhi oleh sejarah dan ada pula yang dipengaruhi oleh adat istiadat dan kebudayaan setempat. Praktik pendidikan dalam sejarah tidak selamanya mencerminkan apa yang dikehendaki ajaran Al-Qur'an dan al-sunnah.
Informasi yang terdapat dalam sejarah bukanlah dogma atau ajaran yang harus diikuti, melainkan sebuah informasi yang harus dijadikan bahan kajian dan renungan, memilah dan memilih bagian yang sesuai dan relevan untuk digunakan.[15]


KESIMPULAN
Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hal ini adalah agama Islam. Islam dapat dilihat dalam beberapa aspek yang sesuai dengan paradigmanya.
Jadi menurut kami pendekatan interdisipliner adalah cara pandang dalam mengkaji suatu masalah dengan menggunakan berbagai sudut pandang atau sejumlah pendekatan. Artinya dalam memecahkan suatu masalah tidak hanya menggunakan satu pendekatan saja akantetapi menggunakan berbagai pendekatan agar hasilnya sempurna.
Beberapa pendekatan interdisipliner diantaranya:
1.      Pendekatan sosiologi merupakan sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi yaitu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat untuk menjelaskan konsep pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapi.
2.      Pendekatan sejarah dalam mempelajari islam merupakan profil campuran, yakni sebagian dari praktek tersebut ada yag dipengaruhi oleh sejarah dan ada juga yang dipengaruhi oeh adat istiadat dan kebudayaan seteempat. Praktik pendidikan dalam sejarah tidak selamanya mencerminkan apa yang dikehendaki ajaran Al-Qur’an dan As-sunnah.
Informasi yang terdapat dalam sejarah bukanlah dogma atau ajaran yang harus diikuti, melainkan ebuah informasi yang harus dijaidikan bahan kajian dan renungan, memilah dan memilihbagian yang sesuai dan relevan unuk digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah, 2006.
Nasution, Dr. H. Khoiruddin. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA. 2009.
Nasution, Harun. Falsafah dan Mistisme dalam Islam. Cet.9, Jakarta: Bulan Bintang, 1995.
Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum, Jakarta: Rajawali Press. 2009.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, cet. X , Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006.
O’dea, Thomas F. sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal. Jakarta: Rajawali Press. 1992.


[1] M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Amzah, 2006), hlm.58
[5] Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution,MA, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA, 2009), hlm. 230-232
[7] M.Yatimin Abdullah, Op.Cit., hlm. 290
[8] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, hlm. 43-45
[9] Ibid.,hlm. 292
[10] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 203
[12] Thomas F O’dea, sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, Jakarta: Rajawali Press,1992, hlm. 25-27
[13] Abuddin Nata, Op.Cit., hlm. 46.
[14] Ibid, hlm 84-85
[15] Ibid, hlm 88-93