Rabu, 11 Juni 2014

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENGERTIAN DAN HAKIKAT PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SERTA PENDEKATAN BELAJAR-MENGAJAR



PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
PENGERTIAN DAN HAKIKAT PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SERTA PENDEKATAN BELAJAR-MENGAJAR
KELOMPOK 1
NAMA : EVA HASANAH ( 12210087)
GUSTI HERMAYANTI (12210099)
HERI
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah suatu aktivitas belajar-mengajar. Di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif diantara dua subjek pembelajaran yaitu guru sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran. Pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat terpisah atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan teratur, saling bergantung, komplementer, dan kesinambungan. Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip pengajaran. Ia harus mempertimbangkan segi dan strategi pengajaran, dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis relistik dan fleksibel, baik yang menyangkut masalah interaksi pengajaran, pengelolaan kelas, pengajaran, maupun penilaian pengajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Adapun materi yang akan kami bahas dalam makalah pengelolaan pembelajaran yakni pengertian dan hakikat pengelolaan pembelajaran serta pendekatan belajar-mengajar.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Hakikat Pengelolaan Pembelajaran.
2.1.1. Pengertian Pengelolaan Pembelajaran.
Pengelolaan itu berakar dari kata “kelola” dan istilah lainnya yaitu “manajemen” yang artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan. Maka disimpulkan pengelolaan itu adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan[1]. Atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan[2].
Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang artinya ialah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari suatu informasi atau lebih. Jadi pembelajaran ialah proses kegiatan mencari informasi (dalam mencari ilmu).
Dari pengertian diatas dapatlah disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran merupakan suatu penataan atau pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Atau suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau upaya mendayagunakan potensi kelas.
Menurut Sudjana (1988) pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM) yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespons) komponen-komponen pembelajaran, sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian kegiatan (metode dan teknik, serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sisitematis.[3] Hal ini berarti pembelajaran pada dasarnya adalah mengatur dan menetapkan komponen-komponen tujuan, bahan, metode atau teknik, serta evaluasi atau penilaian.
Dengan demikian, pengelolaan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang saling berhubungan dan saling menunjang antara berbagai unsur atau komponen yang ada di dalam pembelajaran. Dengan kata lain, pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses mengatur, mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen pembelajaran.
2.1.2. Hakikat Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan pengajaran pada hakikatnya mengacu pada suatu upaya untuk mengatur/mengendalikan/memanajemeni aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan pengajaraan sehingga tercapai lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan penentuan strategi, dan perencanaan, diakhiri dengan penilaian. Penilaian tersebut pada akhirnya dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik.
1. Konsep-konsep dan prinsip-prinsip Pengajaran[4]
a.       Konsep-konsep pengajaran
Konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa, atau fenomena lainnya atau suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna. Dalam hal ini konsep pengajaran yang memiliki pokok-pokok umum, dan dasar sistem pengajaran. Adapun pokok-pokok umum sebagai berikut :
(a)    Metodik Khusus.
berasal dari kata “metode” yang berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, yaitu suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran agar siswa dapat mengetahui, memahami, dan menguasai bahan pelajaran.
(b)   Didaktik, dan hubungan dengan Metodik.
Didaktik sebagai dari pedagogik atau berarti ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga bahan pelajaran itu dimiliki oleh peserta didik (yang dapat meningkatkan minat, motivasi, dan mengaktifkan siswa atau tidak).
b.      Prinsip-prinsip Pengajaran.
Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu : aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peran seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang menjadi indikator suatu aktivitas/ proses pengajaran itu akan berjalan dengan baik. Suatu pengajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil secara baik, manakala mampu mengubah diri peserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuh kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama terlibat dalam proses pengajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara langsung (bagi perkembangan pribadi).
Pengajaran menuntut keaktifan kedua pihak yaitu pendidik, dan peserta didik. Pendidik sebagai yang mengendalikan, memimpin, dan mengarahkan events pengajaran (guru sebagai subjek/ pelaku peranan pertama yang memiliki tugas, tanggung jawab, dan inisiati pengajaran). Peserta didik sebagai yang terlibat langsung, sehingga dituntut keaktifanya dalam proses pengajaran. Pengajaran yang hanya ditandai oleh keaktifan guru sedangkan peserta didik hanya pasif, pada hakikatnya disebut mengajar. Demikian juga bila pengajaran, dimana peserta didik yang aktif tanpa melibatkan guru untuk mengelolah secara baik dan terarah, maka disebut belajar. Jadi, sekali lagi pengajaran itu merupakan perpaduan aktivitas mengajar dan belajar. Prinsip-prinsip pengajaran sangat berkaitan dengan segala komponen pengajaran (menyangkut bagaimana peranan guru dalam pengajaran, apa, mengapa, dan bagaimana supaya peserta didk dapat terlibat aktif dalam pengajaran. Adapun prinsip-prinsip pengajaran itu meliputi :
a. Prinsip aktivitas
b.Prinsip motivasi
c.Prinsip individualistis
d.Prinsip konsentrasi
e.Prinsip kebebasan
f.Pinsip peragaan
g.Prinsip kerja sama dan persaingan
h.Prinsip apersepsi
i.Prinsip korelasi (saling berkaitan).
j.Prinsip efisiensi dan efektivitas
k.Prinsip globalits, bahwa keseluruhan adalah titik awal pengajaran.
l.Permainan dan hiburan.
2.2. Pendekatan Belajar-Mengajar.
Pendekatan (approach) pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat  dari  pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,  yaitu: 
1.         Pendekatan  pembelajaran  yang  berorientasi  atau  berpusat  pada  siswa  (student  centered  approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan
2.         Pendekatan  pembelajaran  yang  berorientasi  atau berpusat pada guru (teacher centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.

Adapun jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran secara terperinci, antara lain:[5]
1.    Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari pendekatan individual ini ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing siswa. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik maupun kebutuan anak untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan juga sebagai makhluk sosial, anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya.
Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar.

2.    Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina  dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri..

3.    Pendekatan Bervariasi
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.

4.    Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan di dalam kelas ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hokum dengan cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.

5.    Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran di sekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prakteknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu saja guru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama, tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarang terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.

6.    Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna. Misalnya pendekatan dalam rangka penguasaan bahasa Inggris. Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kegagalan penguasaan bahasa Inggris oleh siswa salah satu sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Karenanya perlu dipecahkan. Salah satu alternatif kearah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan kebermaknaan.




BAB III
KESIMPULAN
Pengelolaan pembelajaran adalah suatu penataan atau pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Atau suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau upaya mendayagunakan potensi kelas yang bertujuan dari pengelolaan pembelajaran ini adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secaara efektif dan efesien. Pengelolaan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang saling berhubungan dan saling menunjang antara berbagai unsur atau komponen yang ada di dalam pembelajaran. Dengan kata lain,pembelajaran merupakan suatu proses mengatur, mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen pembelajaran.










DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-1,
Rohani, Ahmad. 1997. Pengolahan Pengajaran. Jakarta : Rieneka Cipta
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 1996), Ct. ke-1
                                                                                                                                                          





[1] .Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 1996), Ct. ke-1, hal. 196
[2] .Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-1, hal. 345
[3] . Rohani, Ahmad. 1997. Pengolahan Pengajaran. Jakarta : Rieneka Cipta. Hal.26
[4] . Rohani, Ahmad. 1997. Pengolahan Pengajaran. Jakarta : Rieneka Cipta. Hal 32

Tidak ada komentar:

Posting Komentar