PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
PENGERTIAN DAN HAKIKAT PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SERTA PENDEKATAN
BELAJAR-MENGAJAR
KELOMPOK 1
NAMA : EVA HASANAH ( 12210087)
GUSTI HERMAYANTI (12210099)
HERI
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah suatu aktivitas belajar-mengajar. Di dalamnya
ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama
seorang guru adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis,
efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan
aktif diantara dua subjek pembelajaran yaitu guru sebagai penginisiatif awal
dan pengarah serta pembimbing, sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami
dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran. Pengajaran
merupakan aktivitas yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak
komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat terpisah atau
berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan teratur, saling bergantung,
komplementer, dan kesinambungan. Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran
yang baik. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan
pada prinsip-prinsip pengajaran. Ia harus mempertimbangkan segi dan strategi pengajaran,
dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis relistik dan
fleksibel, baik yang menyangkut masalah interaksi pengajaran, pengelolaan
kelas, pengajaran, maupun penilaian pengajaran.
Dalam kegiatan belajar
mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang memiliki
tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu
sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara
guru dan murid. Adapun materi yang akan kami bahas dalam makalah pengelolaan
pembelajaran yakni pengertian dan hakikat pengelolaan pembelajaran serta
pendekatan belajar-mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Hakikat Pengelolaan Pembelajaran.
2.1.1. Pengertian Pengelolaan Pembelajaran.
Pengelolaan itu berakar dari kata
“kelola” dan istilah lainnya yaitu “manajemen” yang artinya ketatalaksanaan,
tata pimpinan. Maka disimpulkan pengelolaan itu adalah pengadministrasian,
pengaturan atau penataan suatu kegiatan[1]. Atau proses
yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan[2].
Pembelajaran berasal dari kata
“belajar” yang artinya ialah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari suatu
informasi atau lebih. Jadi pembelajaran ialah proses kegiatan mencari informasi
(dalam mencari ilmu).
Dari pengertian diatas dapatlah
disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran merupakan suatu penataan atau
pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Atau suatu usaha yang dengan
sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau upaya mendayagunakan
potensi kelas.
Menurut Sudjana (1988) pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan
memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran
(PBM) yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespons) komponen-komponen
pembelajaran, sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara
penyampaian kegiatan (metode dan teknik, serta bagaimana mengukurnya (evaluasi)
menjadi jelas dan sisitematis.[3]
Hal ini berarti pembelajaran pada dasarnya adalah mengatur dan menetapkan
komponen-komponen tujuan, bahan, metode atau teknik, serta evaluasi atau
penilaian.
Dengan demikian,
pengelolaan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang saling
berhubungan dan saling menunjang antara berbagai unsur atau komponen yang ada
di dalam pembelajaran. Dengan kata lain, pengelolaan pembelajaran merupakan
suatu proses mengatur, mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau
komponen-komponen pembelajaran.
2.1.2. Hakikat Pengelolaan
Pengajaran
Pengelolaan pengajaran pada
hakikatnya mengacu pada suatu upaya untuk mengatur/mengendalikan/memanajemeni aktivitas
pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk
menyukseskan tujuan pengajaraan sehingga tercapai lebih efektif, efisien, dan
produktif yang diawali dengan penentuan strategi, dan perencanaan, diakhiri
dengan penilaian. Penilaian tersebut pada akhirnya dapat dimanfaatkan sebagai
umpan balik.
1. Konsep-konsep dan prinsip-prinsip Pengajaran[4]
1. Konsep-konsep dan prinsip-prinsip Pengajaran[4]
a. Konsep-konsep
pengajaran
Konsep
adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek,
peristiwa, atau fenomena lainnya atau suatu gagasan/ide yang relatif sempurna
dan bermakna. Dalam hal ini konsep pengajaran yang memiliki pokok-pokok umum,
dan dasar sistem pengajaran. Adapun pokok-pokok umum sebagai berikut :
(a)
Metodik Khusus.
berasal dari
kata “metode” yang berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, yaitu
suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata
pelajaran agar siswa dapat mengetahui, memahami, dan menguasai bahan pelajaran.
(b)
Didaktik, dan hubungan dengan Metodik.
Didaktik
sebagai dari pedagogik atau berarti ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip
kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga bahan pelajaran itu dimiliki oleh
peserta didik (yang dapat meningkatkan minat, motivasi, dan mengaktifkan siswa
atau tidak).
b. Prinsip-prinsip
Pengajaran.
Pengajaran
merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu : aktivitas mengajar dan aktivitas
belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peran seorang guru dalam konteks
mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu
sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang menjadi
indikator suatu aktivitas/ proses pengajaran itu akan berjalan dengan baik. Suatu
pengajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil secara baik, manakala mampu
mengubah diri peserta didik dalam arti yang luas serta mampu menumbuh kembangkan
kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh
peserta didik selama terlibat dalam proses pengajaran itu dapat dirasakan
manfaatnya secara langsung (bagi perkembangan pribadi).
Pengajaran menuntut keaktifan kedua pihak yaitu pendidik, dan peserta didik. Pendidik sebagai yang mengendalikan, memimpin, dan mengarahkan events pengajaran (guru sebagai subjek/ pelaku peranan pertama yang memiliki tugas, tanggung jawab, dan inisiati pengajaran). Peserta didik sebagai yang terlibat langsung, sehingga dituntut keaktifanya dalam proses pengajaran. Pengajaran yang hanya ditandai oleh keaktifan guru sedangkan peserta didik hanya pasif, pada hakikatnya disebut mengajar. Demikian juga bila pengajaran, dimana peserta didik yang aktif tanpa melibatkan guru untuk mengelolah secara baik dan terarah, maka disebut belajar. Jadi, sekali lagi pengajaran itu merupakan perpaduan aktivitas mengajar dan belajar. Prinsip-prinsip pengajaran sangat berkaitan dengan segala komponen pengajaran (menyangkut bagaimana peranan guru dalam pengajaran, apa, mengapa, dan bagaimana supaya peserta didk dapat terlibat aktif dalam pengajaran. Adapun prinsip-prinsip pengajaran itu meliputi :
Pengajaran menuntut keaktifan kedua pihak yaitu pendidik, dan peserta didik. Pendidik sebagai yang mengendalikan, memimpin, dan mengarahkan events pengajaran (guru sebagai subjek/ pelaku peranan pertama yang memiliki tugas, tanggung jawab, dan inisiati pengajaran). Peserta didik sebagai yang terlibat langsung, sehingga dituntut keaktifanya dalam proses pengajaran. Pengajaran yang hanya ditandai oleh keaktifan guru sedangkan peserta didik hanya pasif, pada hakikatnya disebut mengajar. Demikian juga bila pengajaran, dimana peserta didik yang aktif tanpa melibatkan guru untuk mengelolah secara baik dan terarah, maka disebut belajar. Jadi, sekali lagi pengajaran itu merupakan perpaduan aktivitas mengajar dan belajar. Prinsip-prinsip pengajaran sangat berkaitan dengan segala komponen pengajaran (menyangkut bagaimana peranan guru dalam pengajaran, apa, mengapa, dan bagaimana supaya peserta didk dapat terlibat aktif dalam pengajaran. Adapun prinsip-prinsip pengajaran itu meliputi :
a. Prinsip aktivitas
b.Prinsip motivasi
c.Prinsip individualistis
d.Prinsip konsentrasi
e.Prinsip kebebasan
f.Pinsip peragaan
g.Prinsip kerja sama dan persaingan
h.Prinsip apersepsi
i.Prinsip korelasi (saling berkaitan).
j.Prinsip efisiensi dan efektivitas
k.Prinsip globalits, bahwa
keseluruhan adalah titik awal pengajaran.
l.Permainan dan hiburan.
2.2. Pendekatan Belajar-Mengajar.
Pendekatan (approach)
pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang
disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu:
1.
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach), dimana
pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan
2.
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek
utama dalam proses pembelajaran.
Adapun jenis-jenis
pendekatan dalam pembelajaran secara terperinci, antara lain:[5]
1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual
merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk
memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti
yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat
memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja
mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan
tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di
kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok
diperlukan.
Pendekatan individual
adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa
sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan
berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar pemikiran dari
pendekatan individual ini ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual
masing-masing siswa. Sebagai individu anak mempunyai kebutuhan dasar baik fisik
maupun kebutuan anak untuk diakui sebagai pribadi, kebutuhan untuk dihargai dan
menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan juga sebagai makhluk sosial,
anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan baik dengan temannya
ataupun dengan guru dan orang tuanya.
Pembelajaran individual
merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa,
membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya
dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang
terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas
dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa
dalam belajar.
2. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar
mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni
pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu
digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini
disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni
makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan
kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada
diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada
dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial
dikelas. Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan
menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan
dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya, mereka
yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang
mempunyai kelebihan tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi
di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah yang
diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri..
3. Pendekatan Bervariasi
Permasalahan yang
dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan
lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Pendekatan bervariasi bertolak
dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam
belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan
berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap
kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru
gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru
lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan
karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin
ditakuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah
melakukan kesalahan, yakni membuat keributan di dalam kelas ketika guru sedang
memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hokum dengan cara
memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang
tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum yang salah. Guru
telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang
lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan
kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan
pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus
bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai
norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
5. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran
di sekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi
terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prakteknya tidak hanya digunakan
satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan
prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat
menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran. Khususnya untuk
mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini
dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai
agama. Tentu saja guru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan
mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah
dari masalah agama, tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarang terletak mau
atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan agama dapat
membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar
nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini,
dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
6. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat
untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara
lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang
diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian
struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat
dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan
unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna. Misalnya pendekatan dalam
rangka penguasaan bahasa Inggris. Bahasa Inggris adalah
bahasa asing yang pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan
penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kegagalan penguasaan bahasa Inggris
oleh siswa salah satu sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh
guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta
kompetensi guru itu sendiri. Karenanya perlu dipecahkan. Salah satu alternatif
kearah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan
kebermaknaan.
BAB III
KESIMPULAN
Pengelolaan
pembelajaran adalah suatu penataan atau pengaturan kegiatan dalam proses
menuntut ilmu. Atau suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai
tujuan pengajaran atau upaya mendayagunakan potensi kelas yang bertujuan dari
pengelolaan pembelajaran ini adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja
dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secaara efektif dan
efesien. Pengelolaan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang
saling berhubungan dan saling menunjang antara berbagai unsur atau komponen
yang ada di dalam pembelajaran. Dengan kata lain,pembelajaran merupakan suatu
proses mengatur, mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau
komponen-komponen pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-1,
Rohani, Ahmad. 1997. Pengolahan Pengajaran. Jakarta : Rieneka Cipta
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 1996), Ct. ke-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar